MAGELANG(SUARABARU.ID)– Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTTC) Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) mendukung pemerintah menaikkan cukai rokok.
“Sudah seharusnya, Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau (DBHCHT) kembali kepada pemangku kepentingan dan sudah seharusnya peruntukan lebih fokus untuk petani dan buruh tembakau,” kata Ketua MTTC Unimma, Retno Rusdjijati.
Retno mengatakan, hingga saat ini para petani tembakau selalu berada di pihak yang dirugikan , apalagi di tahun 2020 ini harga jual tembakau merupakan harga yang terburuk selama 10 tahun terakhir.
Selain itu, juga dialami para petani multikultur, dengan harga panen sayuran berbagai jenis yang sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa belum ada dukungan kebijakan yang sinergis untuk peningkatan kesejahteraan petani.
Menurutnya, MTCC Unimma sebagai organisasi yang concern pada kesejahteraan petani berupaya untuk menyuarakan aspirasi petani di tengah polemik cukai.
“Kami menganalisa masalah cukai dari perspektif alokasi pemanfaatan DBHCHT, dari para petani yang didampingi dan tergabung dalam forum petani multikultur,” katanya.
Ia mengatakan, mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7 tahun 2020, alokasi DBHCHT tersebut digunakan dalam lima kegiatan, meliputi peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi kebutuhan di bidang cukai, dan pemberantasan barang cukai ilegal.
Ia mencontohkan, jika rata-rata pendapatan negara dari cukai rokok per tahun sekitar Rp140 triliun, maka setidaknya Rp14 triliun bisa dialokasikan untuk program pendampingan petani.
Dana tersebut bisa dialokasikan untuk Kementerian Pertanian sebagai lembaga negara yang langsung membina petani. Selain itu, dana tersebut juga bisa digunakan untuk bantuan manajemen petani dalam membudidayakan komoditas yang berpeluang ekspor.
“Pemerintah semestinya mengakomodasi kebijakan tersebut dalam aturan yang memprioritaskan kebutuhan petani. Tidak hanya berkisar pada pemberian pupuk atau bibit pada awal tanam,” katanya.
Yon