WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Setelah jajaran Polsek Kalikajar membuat gebrakan untuk membantu petani sayur di wilayah Kecamatan Kalikajar, kini Polres Wonosobo tidak mau ketinggalan, melakukan hal yang sama.
Belasan anggota Polres Wonosobo yang dipimpin oleh Kasat Sabhara AKP Agus Priyono SH, Senin (14/9) pagi, mendatangi Dusun Lamuk Desa Lamuk serta Dusun Bakalan Desa Bowongso Kalikajar Wonosobo.
Kedatangan mereka, selain untuk membantu panen sayur petani, sekaligus pula memborong sayuran jenis sawi putih, kol dan labu siam dari petani setempat untuk dibagikan pada warga lain yang membutuhkan.
Tidak tanggung-tanggung, satu truk dalmas yang biasanya digunakan mengangkut personel pengamanan unjuk rasa, kini di penuhi oleh sayuran seberat lebih dari 3 ton.
Kapolres Wonosobo AKBP Fannky Ani Sugiharto SIK MSi melalui Kasat Sabhara AKP Agus Priyono SH mengungkapkan kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Program Seribu Daun yang dicanangkan Polres Wonosobo dalam rangka antisipasi pandemi Covid-19.
“Selain itu, program ini juga merupakan wujud kepedulian Polres Wonosobo kepada petani utamanya sayuran jenis sawi putih, kol dan labu siam, yang mengalami kerugian yang sangat besar terkait anjloknya harga komoditas sayur tersebut,” ungkapnya.
Bantuan Pemerintah
Kasat Sabhara AKP Agus Priyono SH juga sangat mengapresiasi semangat para petani yang masih gigih berjuang melawan krisis akibat pandemi Covid-19. Meski harga komoditas sayuran anjlok petani masih saja memanen hasil tanamanya.
“Kami hanya membantu panen dan pengangkutan saja sudah merasakan beban yang berat, apalagi ditambah petani yang masih harus menanggung kerugian yang tidak sedikit, bahkan bisa dibilang kerugian total,” kata AKP Agus.
Pada kesempatan tersebut pihaknya juga melakukan peninjauan di beberapa ladang petani, di mana ketiga komoditas sayur tersebut hanya dibiarkan membusuk tanpa di panen. Semoga sedikit bantuan ini dapat sedikit membantu petani sayuran.
Kades Lamuk Zainur Rosyidi mengungkapkan pada saat ini harga sayur utamanya 3 komoditas tersebut memang sangat anjlok. Antara modal menggarap lahan, merawat tanaman hingga hasil panen, tidak sesuai, sehingga petani mengalami kerugian besar.
“Beberapa waktu yang lalu bahkan sampai tidak tidak ada harganya. Petani enggan memanen hasil kebun dikarenakan hasil penjualan belum bisa menutup ongkos petik saja. Belum termasuk bibit dan biaya perawatan,” jelasnya.
Pihaknya berharap ada campur tangan dari pihak pemerintah daerah untuk setidaknya menstabilkan harga sayuran di pasaran sehingga petani tidak terus menerus menderita kerugian.
Muharno Zarka-Wahyu