WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Kata orang bijak, kegagalan adalah sukses yang tertunda. Demikian halnya kegagalan dalam beternak, sebagaimana dialami oleh Babinsa Pelda Widodo. ”Saya pernah mengalami gagal dan bangkrut di bisnis perternakan,” ujarnya.
Bintara tinggi Widodo, sehari-hari bertugas sebagai Babinsa di jajaran Koramil-07 Tirtomoyo Kodim 0728 Wonogiri. ”Karena pekarangannya luas, awalnya saya beternak sapi sampai delapan ekor, tapi gagal tidak memberikan untung,” ujar Widodo.
Gagal beternak sapi, suami dari Tutik Sri Lestari ini, ganti beternak ayam kampung. ”Tapi juga tidak untung,” tutur Widodo. Atas petunjuk dan bimbingan Pegawai Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakperla) Kabupaten Wonogiri, disarankan untuk beternak bebek petelur.
Bersama Istri
Berusaha bangun dari keterpurukan, setelah bangkrut beternak sapi dan ayam kampung, warga yang tinggal di Lingkungan Joho Lor RT 02/RW 04, Kelurahan Giriwono, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, ini ganti beternak bebek petelur. Itu dia lakukan bersama istri mulai Tahun 2012.
Widodo mengawalinya dengan memelihara sebanyak seratus ekor. Secara bertahap, kemudian ditambah menjadi sebanyak 300 dan 500 ekor. Karena merasa berhasil, jumlahnya sekarang ditambah menjadi sebanyak 700 ekor.
Kata Widodo, sebenarnya lahannya masih luas, tapi saya tidak berani mengisi lebih banyak lagi. ”Karena kebetulan, kandang kami berdekatan dengan pemukiman warga dan terbilang berada di wilayah perkampungan Kota Wonogiri,” terangnya.
Tiap hari, dari 700 ekor bebek piaraannya, mampu mengahasilkan telur sebanyak 550 butir. Setiap butir telur bebek mentah, dijual dengan harga Rp 1.800,- dan untuk telur asin seharga Rp 2.300,- perbutirnya. Jika ditotal, penghasilan bersih dari beternak bebek petelur mencapai sekitar Rp 10 juta per bulan. Ini menjadi jumlah penghasilan tambahan yang lumayan bagi insan prajurit.
Produk Telur
Widodo tidak kesulitan menjual produk telur bebek yang dihasilkannya. Karena setiap hari, sudah ada pedagang yang datang membelinya. ”Malah saat ini, saya merasa kewalahan meladeni permintaan telur,” ujarnya.
Untuk memberi makan 700 ekor bebek, setiap hari membutuhkan dana sekitar Rp 450 ribu, sebagai pembelian pakan yang berupa adonan dari bekatul, nasi aking dan pakan jadi (konsentrat). Kesediaan pakan sudah ada yang menyuplainya. Untuk bekatul didatangkan dari Sragen, konsentrat dan nasi aking dari Ponorogo dan Tulungagung, Jatim.
Rekan sejawatnya, Begug Suwarman, menyatakan, sebagai insan prajurit TNI-AD, Widodo, terhitung ulet dan pantang berhenti ketika berusaha mencari tambahan penghasilan. ”Gagal beternak sapi, ganti ayam. Ketika sapi dan ayam gagal, berpindah beternak bebek,” ujar Begug Suwarman.
Bulan Nopember 2020 nanti, Pelda Widodo akan memasuki pensiun dari dinas militer, dan dapat lebih fokus mengelola usaha ternak bebek. ”Alhamdulillah, dua anak saya menjadi tentara seperti bapaknya,” ujar Widodo. Yakni Pratu Arief Widiantoro dinas di Denpom II Palembang, dan Prada Galih Dwi Wibowo berdinas di Yon Zipur 9 Kostrad Bandung, Jabar.
Bambang Pur