JEPARA (SUARABARU.ID) – Tidak mudah menjaga budaya Jawa ditengah-tengah pusaran peradaban global yang semakin menggerogoti identitas bangsa. Itu pula yang dihadapi oleh Paguyuban Mastuti Sagunging Kautaman (Mastika), Desa Tubanan, Kecamatan Kembang, Jepara.
Paguyuban yang dirintis oleh Mbah Subri Tedjo Sasono, 23 tahun yang lalu ini harus diperhadapkan pada kenyataan, bahwa budaya warisan leluhur ini secara jujur harus diakui telah semakin tergerus oleh kemajuan jaman. Sebab tidak banyak pewarisnya yang setia.
Namun bagi Mbah Subri Tedjo Sasono, laki-laki renta yang kini telah berusia 76 tahun, kondisi itu tidak menyurutkan langkah dan niatannya untuk menjaga budaya Jawa. Oleh sebab itu, Pawiyatan Luhur Budaya Jawa yang didirikannya 23 tahun yang lalu tetap saja dibuka untuk umum secara gratis. Namun tidak banyak lagi yang datang.
Padahal pawiyatan ini mengajarkan banyak kautaman Jawa seperti Moco Nulis Aksoro Jowo, Ngoko, Madyo, Kromo Inggil, Kawi, Mocopatan, Wulang Reh Kautamanan dan Olah Roso yang semakin tidak mendapatkan tempat di bangku sekolah. “ Semoga kedepan ada yang mau memperhatikan, agar budaya Jawa tidak benar-benar hilang,” ujar Mbah Subri Tedjo Sasono.
Cerita Ajisaka
Untuk mengingat kelahiran Mastika 23 tahun yang lalu, Minggu (13/9-2020) atau bertepatan dengan 25 Suro 1442 H, dihalaman rumah Mbah Subri Tedjo Sasono diselenggarakan tasyakuran. Disamping doa, acara tersebut juga diwarnai dengan pemotongan tumpeng oleh Mbah Subri Tedjo Sasono. Potongan tumpeng diserahkan kepada Ketua Pepadi Jepara, Ki Hendro Suryo Kartiko.
Sementara pentas wayang yang disiarkan secara live streaming mengambil cerita Ajisaka. Pentas wayang diawali dengan penyerahan wayang Ajisaka oleh pegiat budaya Jepara, yang juga penasehat Mastika, Hadi Priyanto kepada Ki Dalang Tugino Carito.
Cerita Ajisaka mengisahkan tentang kedatangan peradaban ke tanah Jawa yang dibawa oleh Ajisaka yang kemudian menjadi raja setelah mengalahkan raksasa jahat yang menguasai tanah Jawa. Kisah legenda ini juga menceriterakan tentang sejarah lahirnya aksara Jawa beserta hitungan Jawa yang sampai saat ini masih digunakan oleh sebagian masyarakat.
Rdks – ua