blank
Keluarga HM Ismail, mantan Gubernur Jateng diwakili Yoga Ismail, menyerahkan masjid wakaf Roudlotul Jannah kepada Pengasuh Ponpes Fadhlu Fadhlan, Dr KH Fadlolan Musyaffa Lc MA, disaksikan Drs H Achmad mantan Wagub Jateng dan Ketua Umum MUI Dr KH Ahmad Darodji, Minggu (6/9/2020).

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Keluarga HM Ismail mantan Gubernur Jateng, menyerahkan bangunan masjid wakaf Roudlotul Jannah (Taman Surga), kepada Pengasuh Pondok Pesantren Fadhlu Fadhlan, Dukuh Wonorejo, Desa Pesantren,
Kecamatan Mijen, Semarang, Dr KH Fadlolan Musyaffa Lc MA, Minggu (6/9/2020).

Serah terima ditandai dengan penandatanganan berita acara dari delapan orang putra-putri HM Ismail, di depan notaris. Kemudian Yoga Ismail dan Ganang Ismail menyerahkan prasasti wakaf atas nama HM Ismail dan Hj Elok Ismail, kepada Pengasuh Ponpes Fadhlu Fadhlan, Dr KH Fadlolan Musyaffa Lc MA.

Dalam prosesi itu, disaksikan pula Drs H Achmad mantan Wagub Jateng, Ketua Umum MUI Dr KH Ahmad Darodji, Rais Syuriyah PCNU Kota Semarang KH Hanief Ismail Lc, Habib Muhammad Firdaus dari Kendal, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, jamaah pengajian Walisongo, para kiai alim ulama dan para santri.

BACA JUGA : Hindari Kerumunan, Bapaslon Bupati dan Walikota Diimbau Tak Bawa Banyak Massa

Yoga Ismail mewakili putra-putri HM Ismail merasa bersyukur, karena masjid dua lantai berukuran 25X25 meter itu, berhasil diselesaikan pembangunnya selama delapan bulan, dengan menghabiskan biaya Rp 2,5 miliar lebih.

Pengasuh Ponpes Fadhlul Fadhlan, KH Fadlolan Musyaffa menjelaskan, kegiatan yang dipusatkan di Masjid Roudlotul Jannah ini, merupakan gabungan empat acara sekaligus.

Selain penyerahan masjid wakaf, doa bersama untuk keluarga besar HM Ismail, tasyakuran Hari Lahir (Harlah) ke-80 KH Ahmad Darodji, dan tasyakuran Harlah ke-85 mantan Wagub Jateng Drs H Achmad, sekaligus 58 tahun pernikahan dengan istrinya Hj Maryam Achmad.

Usai serah terima masjid, Wali Kota Hendrar Prihadi, para habib dan kiai melakukan penanaman pohon kurma di halaman masjid Roudlotul Jannah. Para tamu undangan juga menyaksikan pameran hasil kerajinan dari para santri Fadhlu Fadhlan, yang digelar di halaman pondok.

blank
Bersama Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, para habib dan kiai melakukan penanaman pohon kurma di halaman masjid Roudlotul Jannah. Foto: dok/ist

Sampai Kiamat
Ketua Umum MUI Jateng KH Ahmad Darodji mengungkapkan, dirinya merasa bangga,
karena bangunan masjid itu tidak bergaya Eropa atau Timur Tengah, tetapi khas Jawa.

”Pak HM Ismail dulu paling getol dengan identitas bangunan joglo sebagai ciri khas Jawa Tengah. Pak Ismail juga yang selalu menyebut dirinya Lurahe Jawa Tengah,” kata Kiai Darodji.

Sedangkan Kiai Fadlolan menyampaikan apresiasinya atas wakaf ini. Bangunan masjid sebagai sentral kegiatan utama para santri beribadah dan mengaji, pasti akan bermanfaat sampai kiamat. ”Pahalanya akan terus mengalir kepada sahibul wakaf,” terang dia.

Dia juga menjelaskan, peletakkan batu pertama pembangunan Ponpes Fadhlul Fadhlan, dilakukan almarhum KH Hasyim Muzadi (Ketua Umum PBNU) dan KH Maimoen Zubair (Pengasuh Ponpes Al-Anwar Sarang, Rembang) pada Juli 2016. Dan pembangunannya baru dimulai Oktober 2017, karena akses jalan yang masih sulit.

blank
Usai penyerahan masjid wakaf, keluarga besar HM Ismail beserta tamu undangan, melakukan foto bersama di depan masjid. Foto: dok/ist

Sangat Dibutuhkan
Alhamdulillah, Kiai Maimoen Zubair sudah dua kali hadir ke sini. Tahun 2018 kami sudah menerima 160 orang santri. Hari ini sudah 500 orang santri yang mukim dan belajar di pesantren ini,” imbuhnya.

Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, memuji sosok pengasuh Ponpes Fadhlu Fadhlan KH Fadholan Musyaffa Mu’thi. ”Dia itu kiai muda, enerjik dan cerdas dalam merespon setiap persoalan umat,” pujinya.

Wali Kota juga menyampaikan apresiasi dan partisipasi pesantren itu yang membantu Pemerintah Kota Semarang, terutama dalam pendidikan para santri.

Menurut Hendy, panggilan akrab wali kota, pendidikan ponpes semakin terasa sangat dibutuhkan masyarakat, terutama dalam hal pembentukan karakter dan akhlak.

”Masyarakat pondok pesantren lah yang saat ini diharapkan menjadi banteng NKRI karena cinta Tanah Air yang diwariskan dari para kiai dan ulama sebelumnya,” ungkap dia.

Riyan-Sol