BREBES (SUARA BARU.ID) – Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes mencatat, ada tujuh warga Brebes yang meninggal dunia akibat terinfeksi HIV/AIDS. Data itu tercatat selama Januari hingga Mei 2020. Selain kasus meninggal, ada 38 orang penderita HIV dan 18 orang penderita AIDS. Mereka tersebar di seluruh kecamatan di Brebes.
Kepala Dinas Kesehatan Brebes, dr Sartono melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Imam Budi Santoso mengungkapkan, penderita HIV/AIDS di Kabupaten Brebes rata-rata masih usia produktif, yakni usia antara 25-35 tahun. Sementara untuk usia 35 tahun ke atas tidak mendominasi jumlah orang terinfeksi HIV/AIDS.
“Penyebarannya rata di semua kecamatan dan rata-rata masih usia produktif. Jumlah yang meninggal ada 7 orang dan memang masih usia produktif. Kasus HIV/AIDS meninggal hingga bulan Mei 2020 ini adalah Januari satu orang, Februari satu, Maret tiga, April satu, dan Mei satu,” papar Imam.
Terkait penanganan kasus HIV/AIDS dari pemerintah, Imam menjelaskan, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya penanggulangan HIV/AIDS. Upaya itu di antaranya melakukan pendampingan kasus penderita atau pasien, skrining semua ibu hamil dan populasi kunci, serta penyuluhan kepada pelajar.
“Upaya penanggulangan kasus HIV/AIDS ini sudah kami lakukan dengan banyak upaya, termasuk melakukan penyuluhan kepada warga dan pelajar. Kami juga terus melakukan pendampingan kepada penderita untuk menekan risiko penularan,” jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS, Slamet Tohani mengatakan, bertambahnya jumlah penderita HIV/AIDS dipengaruhi karena tidak berubahnya perilaku masyarakat yang berkaitan dengan aktivitas seksual. Di samping itu, ada faktor lain yang menjadi pemicu orang itu akhirnya tertular penyakit tersebut.
“Kami sudah melakukan berbagai upaya di antaranya dengan Pembentukan Warga Peduli AIDS, pembentukan Pelajar Peduli AIDS di tingkat SMA Sosialisasi IMS, HIV/AIDS dan VCT Mobile,” kata Tohani.
Pihaknya mengaku khawatir jika tidak dibentuk WPA, maka penyakit ini akan mudah menggerogoti masyarakat karena pergaulan bebas. Kekhawatiran itu muncul karena pergaulan bebas di era saat ini akan menjadi pemicu meningkatnya penyakit masyarakat, khususnya seks bebas.
“Sebetulnya penyakit ini menjadi kekhawatiran semua pihak. Baik orangtua, keluarga, guru, bahkan pemerintah. Oleh karena itu, sosialisasi ini harus terus digencarkan dan didukung semua kalangan,” tambahnya.
Terkait virus yang menyebabkan penderita terus bertambah, virus ini memang menyerang sistem kekebalan tubuh. Sehingga, tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Jika virus ini terus menyerang tubuh lama kelamaan tubuh menjadi lemah. Tanpa pengobatan, seorang dengan HIV bisa bertahan hidup selama 9-11 tahun setelah terinfeksi, tergantung tipenya.
“Kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan penurunan sistem imun. Penyaluran virus HIV bisa melalui penyaluran reproduksi, darah, cairan vagina, dan ASI. HIV bekerja dengan membunuh sel-sel penting yang dibutuhkan oleh manusia, salah satunya adalah sel T pembantu, makrofaga, sel dendritic,” pungkasnya.
Harviyanto