blank

ZAMAN sekarang memang berbeda dengan zaman bapaknya Djo Koplak dulu. Yang namanya anak sekolah zaman dulu, tertibnya bukan main. Ada guru datang saja didhabyang-dhabyang, disambut dengan suka ria. “Pak Guru rawuh…. Pak Guru rawuh.…,” begitu yang terjadi setiap pagi ketika Djo masih SD di sebuah desa di Temanggung.

Yang namanya orang tua, waktu itu nyaris tidak ada masalah dengan anaknya yang sekolah. Hampir tidak pernah ada orang tua dipanggil ke sekolah karena anaknya mbeler atau mbolos. Sangatlah berbeda dengan zaman sekarang. Tidak jarang orang tua dipanggil ke sekolah karena berbagai hal. Ada yang karena membolos, berkelahi, bahkan sampai tidak membayar SPP meskipun duitnya sudah diberikan.

Yang juga menjadikan berbeda dulu dengan sekarang adalah cara pembagian rapor. Kalau dulu, tidak pernah namanya orang tua datang ke sekolah untuk mengambil rapor bagi anaknya. Sekolah benar-benar percaya kepada murid-muridnya. Dan, semua murid bisa terima rapor, tidak ada yang ditahan oleh guru.

Seperti juga yang harus dilakukan keponakan Djo Koplak, seorang murid sebuah SMP favorit  di Semarang. Sebenarnya Plenthi bukan bocah bodoh, cuma dia agak mbeler, jadi merasa kalau nilai-nilai rapornya tidak bagus. Bahkan mungkin ada merahnya. Maka, ketika penerimaan rapor dia tidak berani meminta orang tuanya untuk mengambil. Pikir punya pikir, akhirnya pilihan jatuh kepada Lik Di, abang becak yang biasa mangkal di depan sekolah.

Lik, aku dijupukke rapot ya. Bapakku dhines luar kota (Lik, ambilkan raporku ya. Ayahku sedang dinas luar kota,” ujar Plenthi sambil mengulurkan baju batik bapaknya untuk dipakai Lik Di.

Meski bengong, akhirnya Lik Di nggah-nggih juga. Jadilah Lik Di mengambil rapor Plenthi, dan sukses. Setelah diterima, ternyata nilai rapor tidak seperti yang dibayangkan. Tidak ada merahnya, dan rata-rata nilainya bagus. “Kalau tahu begini, Papi yang mengambil saja tidak masalah,” batin Plenthi sambil memberikan selembar uang lima puluh ribuan pada Lik Di yang kembali melepas baju batik yang dikenakannya.

Widiyartono R

7 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini