KUDUS (SUARABARU.ID) – Ditemukannya sembilan pocong bangkai ayam disertai rajah, jarum dan foto perempuan yang dikubur di makam Bakalan Krapyak, Kaliwungu masih menjadi perhatian. Masruri, Pengamat budaya dan metafisika asal Cluwak, Pati menilai ada kemungkinan kalau peristiwa tersebut merupakan ritual ilmu pelet.
“Bisa jadi itu adalah ritual ilmu hitam seperti ilmu pelet. Kalau santet, sepertinya saya gak yakin karena tidak semua orang tahu ilmu itu,”ujar Masruri, Sabtu (20/6).
Masruri menambahkan, kemungkinan tersebut terlihat dari kertas rajah yang ada dalam pocong bangkai ayam tersebut. Di kertas tersebut tertulis beberapa kalimat yang mengarah ke ilmu pengasihan seperti ‘kedanan marang jabang bayine’ serta kata ‘bantuan danyang’.
Apalagi, kata Masruri, foto perempuan yang ditemukan dalam pocong tersebut juga terlihat ditusuk dengan jarum tepat di dahi atau antara dua alis. Menurutnya, ritual penusukan foto dengan jarum tak selalu berarti mencelakakan.
“Jarum tak selamanya digunakan untuk menyakiti, tapi bisa juga dimaksudkan sebagai visualisasi memasukkan energi yang diniatkan. Jika maksudnya untuk pengasihan, bisa juga dilakukan,”tambahnya.
Baca Juga:
Tertulis di Rajah Santet Makam Krapyak, Ini Sosok Yulia Fera Ayu Lestari
Polres Kudus Bongkar Makam Berisi Ritual Santet
Masruri menambahkan, ritual semacam itu bisa dipastikan adalah bentuk praktik ilmu hitam karena sudah bersinggungan dengan tanah kuburan. Media kuburan yang dipakai, bisa diartikan yang bersangkutan meminta bantuan arwah.
“Sembilan bangkai ayam yang dikubur, bisa dimaknai sebagai keabadian. Karena angka sembilan merupakan simbol angka tertinggi. Sebagai contoh 9×2=18 sementara 1+8=9,”tandasnya.
Namun, melihat latar belakang salah satu perempuan bernama Yulia Fera Ayu Lestari yang namanya tertulis dari rajah tersebut, Mashuri menilai ada hal yang kontradiktif. Dengan latar belakang sebagai anak punk alias anak jalanan, maka jika Yulia Fera ini yang dituju sebagai sasaran pelet, itu patut dipertanyakan.
“Ya, kontrakdiktif saja. Biasanya sesama ‘setan’ tidak boleh mengganggu. Atau bisa jadi, ini masalah rebutan permaisuri diantara anak punk,”ujar Masruri sembari bercanda.
Sementara, terkait dengan kemungkinan aksi tersebut hanya iseng belaka, kata Mashuri terlihat dari kedalaman rajah tersebut ditanam. Meski di atas makam seseorang, namun galiannya terkesan cukup dangkal hanya sekitar 30-40 cm.
“Kalau dilihat dari dangkalnya menggali, bisa jadi juga ini iseng,”ungkap pengasuh rubrik lika liku tenaga dalam di suarabaru.id tersebut.
Dapat Merusak Akidah
Terlepas dari itu semua, Masruri menegaskan ritual semacam itu tentu tidak patut ditiru. Sebab, hal semacam itu adalah praktik pertemanan dengan setan. “Secara akidah Islam, tentu ini hal yang sangat berbahaya dan harus dihindari oleh siapapun,”tandasnya.
Senada, Ketua PAC GP Ansor Kota Kudus, M Fatchul Munif menyatakan apapun alasannya, ritual yang terjadi di makam Krapyak tersebut jelas tidak dibenarkan secara agama. Menurutnya, hal tersebut dapat menjerumuskan sesorang ke kesesatan.
“Ritual ilmu hitam apapun seperti santet, pelet yang menggunakan bantuan setan, jelas bertentangan dengan akidah Islam,”tandasnya.
Munif juga tidak setuju jika kasus tersebut dianggap perbuatan iseng semata. Dengan menggali kuburan orang lain dan menanaminya dengan benda-benda klenik, jelas merupakan hal yang dilarang dalam agama bahkan juga melanggar hukum.
“Kalau dikatakan iseng, kok ya kebangetan. Jadi, kalau ada unsur pidana,kami juga berharap kepolisian mengungkap hal ini karena cukup meresahkan masyarakat,”tukasnya.
Sebagaimana diberitakan, polisi menemukan sembilan pocong berisi bangkai ayam dan berbagai rajah, yang ditanam di atas kuburan seseorang di pemakaman Bakalan Krapyak, Kamis (18/6). Diduga, benda tersebut merupakan ritual ilmu hitam. Hingga kini, polisi masih melakukan penyelidikan untuk memburu pelaku.
Tm-Ab