blank
Alphonso Davies/dok

MUNICH (SUARABARU.ID) – Alphonso Davies, bek kiri Bayern Munich, menjadi sorotan selepas menunjukkan kecepatan luar biasa ketika Die Roten menundukkan Borussia Dortmund 1-0 dalam lanjutan Bundesliga. Untuk berada di titik saat ini, dia harus melalui jalan hidup yang berliku. Di lapangan, pemain asal Kanada itu bisa melaju dengan kecepatan mencapai 35,27 km/jam.

Aksi gemilang Davies dalam Der Klassiker melengkapi sensasinya. Dia menjadi andalan Hansi Flick di sektor bek kiri dengan berhasil mengemas dua gol dan sembilan assist. Kecemerlangannya ini sekaligus mengakhiri kesulitannya semasa kecil.

Saat kecil, Davies berada dalam kondisi serbasulit karena tinggal di kamp pengungsian. Dia lahir di kamp pengungsian di Buduburam, Ghana, ketika kedua orang tuanya, Debeah dan Victoria Davies, harus meninggalkan Monrovia, Liberia gara-gara perang saudara. Peruntungan hidupnya membaik kala usianya menginjak lima tahun.

Orang tuanya pindah ke Edmonton, Kanada, berkat program dari Komisoner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR). “Sulit untuk hidup karena satu-satunya cara Anda bertahan hidup kadang-kadang adalah Anda harus membawa senjata,” ungkap ayah Alphonso, Debeah.

“Kami tidak tertarik untuk menembak. Jadi, kami memutuskan untuk melarikan diri dari sana. Mereka memiliki program pemindahan pemukiman, dan mereka berkata ini baik. Kami mengisi formulir dan berhasil pergi ke Kanada setelah melewati wawancara,” jelasnya.

Pada 2018, tawaran dari Bayern datang kepada Vancouver Whitecaps untuk memboyong Davies. Dia hengkang ke Jerman dengan nilai transfer 10 juta euro. Bersama Munich, kemampuan adaptasinya diuji.

Davies yang berposisi asli sebagai winger digeser menjadi bek sayap oleh pelatih Bayern sebelum Flick, Niko Kovac. Dia mampu menjawab tantangan itu dan bersinar di posisi barunya tersebut. Dengan usai yang baru 19 tahun, masih banyak kejutan yang bisa dihadirkannya. (rr)