PADANG (SUARABARU.ID) – Ahad siang, dengan langkah sedikit tertatih pria tua itu masuk ke pekarangan Masjid Jihad Perak yang berada di Jalan Perak, Kelurahan Kampung Jao, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang.
Membawa secarik kertas di tangannya yang tak lain adalah foto copy kartu keluarga, Tjia Pek Sui (63) bertanya kepada petugas yang sedang membagikan beras apakah masih ada beras dan berharap dia bisa mendapatkannya.
Saat itu Pengurus Masjid Jihad Perak tengah membagikan beras bagi warga sekitar yang terdampak ekonomi akibat Corona Virus Disease (COVID-19).
Sejak virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China, itu mewabah pengurus masjid bergerak cepat menjadikan rumah ibadah sebagai salah satu pusat jaring pengaman sosial untuk membantu warga setempat yang terdampak.
Tjia Pek Sui atau kerap disapa Ko dang merupakan salah satu warga yang bermukim di dekat masjid. Namun, karena ia warga keturunan Tionghoa dan beragama Budha, sedari awal pengurus masjid enggan memasukkan namanya sebagai penerima bantuan dengan alasan takut tersinggung atas bantuan yang diberikan.
“Masih ada beras pak?” tanya Pek Sui kepada pengurus yang sedang menunggu warga penerima bantuan.
Dengan sigap Ketua Pengurus Masjid Jihad Perak Miko Kamal menyambut kedatangan dan menyatakan beras masih ada.
Miko pun mempersilakan Pek Sui mendaftar di meja yang telah tersedia di halaman masjid.
Pek Sui meninggalkan kopian KTP dan KK. Setelah itu ia mengambil sekarung beras dengan berat 10 kilogram dan segera berlalu pulang dengan memboncengi sepeda motor yang dikendarai temannya.
Sehari-hari Pek Sui berjualan kelontong di kedai yang juga menjadi tempat tinggalnya. Ia juga menjual kebutuhan harian serta minuman dan makanan kecil.
Pandemi corona juga berdampak terhadap ekonomi Pek Sui karena tak banyak orang singgah di kedainya.
Menurut Ketua Pengurus Masjid Jihad Perak Miko Kamal pengurus berinisiatif menjadikan masjid sebagai pengaman sosial ekonomi warga sekitar yang terdampak.
Diluncurkan pada 23 Maret 2020 program ini menjadikan masjid sebagai episentrum pengaman sosial ekonomi umat yang dananya berasal dari kotak infak dhuafa dan sumbangan para donatur.
Dalam melaksanakan program ini pengurus membentuk satuan tugas khusus yang bertugas mendata calon penerima, membeli barang yang akan diserahkan sampai menyerahkannya kepada warga yang sudah terdata.
Urusan universal
Para penerima bantuan berlatar belakang ekonominya macam-macam. Ada yang pedagang lontong, pemilik warung minuman kecil, pedagang barang harian, tukang sablon, tukang cuci kiloan, pembuat keripik, penjaga kampus, dan ibu rumah tangga yang suaminya kerja serabutan.
Pengurus memutuskan memberi bantuan dalam bentuk bahan pokok mulai dari beras, minyak goreng, telur dan gula.
Dalam memilih warga yang akan diberikan bantuan menggunakan mekanisme rekomendasi. Artinya pengurus bisa memberikan rekomendasi siapa yang dinilai layak dan saling percaya terhadap nama yang diusulkan.
Ia mengaku kaget saat Pek Sui datang karena sebelumnya tidak direkomendasikan dan tak masuk daftar penerima bantuan.
“Pek Sui memang warga sekitar yang layak dibantu, ekonominya terdampak, secara zahir begitu, corona tambah menyulitkan kehidupannya,” kata dia.
Akan tetapi karena khawatir yang bersangkutan tersinggung dibantu, pengurus segan merekomendasikan namanya.
“Seharusnya, pada pembagian tahap pertama Pek Sui sudah mendapatkannya. Tapi, terus terang, selama ini beliau memang kurang jadi perhatian kami para pengurus masjid untuk dibantu, kami khawatir ia tidak mau menerima dan tersinggung,” ujarnya.
Sebagai ketua pengurus masjid Miko merasa bersalah dan juga bersyukur.
“Merasa bersalah karena kami terlambat memberikan bantuan kepada bapak dengan satu isteri dan satu anak itu, bersyukur karena bisa membantunya tanpa membeda-bedakan etnis dan agama,” katanya.
Ia mengaku kedatangan Pek Sui ke masjid memberi pelajaran berharga bawah soal perut adalah urusan universal.
“Tidak boleh ada satu sekat apapun merintangi orang yang berperut lapar untuk diberikan bantuan. Apapun agama, warna kulit dan asal-usul keturunannya,” kata dia.
Solidaritas sosial
Sejak COVID-19 mewabah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas (Unand) Padang melalui Tim Tanggap Darurat COVID-19 melakukan survei Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat Sumatera Barat pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar bekerja sama dengan Balitbang Sumbar.
Hasil survei yang dilakukan cukup menggembirakan karena terungkap warga Sumatera Barat memiliki modal sosial yang kuat dalam menghadapi COVID-19.
“Solidaritas sosial warga Sumbar menggembirakan, terlihat dari kesukarelaan sosial masyarakat bersedia membantu masyarakat lain yang terdampak COVID-19 dalam bentuk materi cukup tinggi mencapai 46,4 persen,” kata Koordinator Tim Tanggap Darurat COVID-19 FISIP Unand Dr Aidinil Zetra.
Menurut dia dari 1.010 responden sebanyak 28,3 persen warga Sumbar bersedia membantu warga lainnya yang terdampak COVID-19 dalam bentuk tenaga.
Kemudian sebanyak 56 persen warga bersedia membantu dalam bentuk sumbangan pikiran, informasi dan nasihat.
Bahkan ada 5,6 persen warga yang siap menyediakan tempat untuk isolasi bagi warga yang terdampak COVID-19.
Namun, ada sejumlah kecil warga yaitu 0,7 persen yang tidak bersedia membantu dengan alasan itu adalah tugas pemerintah akan tetapi ini jumlahnya amat kecil.
Ia menilai ini adalah modal sosial yang harus dikembangkan agar COVID-19 ini bisa dilawan bersama-sama dengan solidaritas sosial yang dimiliki.
“Caranya dengan mengoptimalkan fungsi posko COVID-19 yang ada di lingkungan terendah guna mengakomodasi modal sosial dan solidaritas sosial warga untuk membantu mereka yang terdampak,” ujarnya.
Ia melihat COVID-19 tidak bisa dilawan dengan hanya mengandalkan sumber daya yang ada di pemerintah.
“Kita perlu bersama-sama dengan semua pemangku kepentingan, pemimpin formal dan pemimpin informal bekerja sama membangun solidaritas dan mengembangkan modal sosial yang dimiliki untuk saling membantu,” ujarnya.
Jika ingin masyarakat tetap berada di rumah untuk memutus mata rantai penyebaran maka mari optimalkan posko tanggap darurat COVID-19 di lingkungan terendah.
Sebab jika hal itu tidak dicegah akan lebih banyak masyarakat yang terinfeksi sementara daya tampung fasilitas kesehatan yang tersedia tidak mencukupi, katanya lagi.
Sejalan dengan itu Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengapresiasi bantuan yang diberikan kelompok masyarakat kepada warga terdampak COVID-19 karena jika semua diserahkan kepada pemerintah tidak akan sanggup.
“Semua kelompok masyarakat mari bersama-sama bersinergi dan meringankan beban warga yang terdampak,” katanya berpesan.*
Ant/Muha