TAHUN 70-an di tetangga desa saya heboh karena ada anak hilang yang diduga dibawa makhluk halus jenis gendruwo, sosok makhluk yang digambarkan bertubuh kekar, berbulu hitam, suka iseng, dan semi porno.
Setidaknya, di sekitar desa saya ada empat warga mengaku atau dikabarkan pernah dibawa makhluk itu. Yang pertama, panggil saja Kasdi. Dia dari wilayah Keling, Jepara. Pria yang kemudian menjadi makelar itu menuturkan pengalaman masa kecilnya.
Dimulai ketika dia yang saat itu kelas empat Madrasah, setelah siang lelah bermain, jam 16.00 dia tidur, dan menjelang waktu mahrib -karena lelapnya tidur- saat dibangunkan Ayahnya, dia marah-marah.
Dia lalu terbangun dalam kondisi mata masih berat dan marah-marah (Jawa : Mutung) lalu keluar rumah. Nah, saat di halaman rumah itu dia melihat ada sosok makhluk berpakaian serba hitam, bertubuh kekar, berbulu, pakai ikat kepala Jawa yang menangkap tangannya dan berkata, “Ayo le.. melu aku…”
Kasdi lalu diajak berjalan ke arah timur hingga sampai wilayah Pati. Perasaan dia saat itu sedang berjalan melewati beberapa desa. Dalam perjalanan itu makhluk hitam yang mengajaknya menghindari tempat keramaian dan rumah yang tampak bercahaya (aura) putih.
Hingga akhirnya sampailah keduanya disebuah pohon beringin besar. Karena lelah Kasdi pun tertidur, dan ketika bangun dipagi hari, dia menyadari saat itu berada di atas pohon beringin besar di tengah alun-alun kecil. Yang dia ingat, sebelah utara pohon itu ada bangunan rumah Joglo yang belakangan diketahui Kantor Kawedanan Tayu, Pati, yang berjarak sekitar 40 km dari kediamannya.
Pagi hari Kasdi melihat lalu-lalang manusia di bawah pohon. Ketika dia mulai lapar, lelaki hitam itu mengajak turun dari pohon dan berkata, “Selama kamu saya pegang, orang lain tidak bisa melihatmu.”
Setelah itu, Kasdi diajak masuk warung makan di depan Kantor Polisi Tayu. Dan benar yang dikatakan makhluk itu, saat dia dipegang, orang lain tidak melihatnya bahkan saat dia mengambil daging goreng tak seorang pun mengetahuinya. Kasdi menuturkan, dia berada di atas pohon beringin itu selama tiga hari tiga malam. Dan selama itu jika dia mau makan, dia didampingi gendruwo untuk mencuri makanan.
Masuk hari keempat saat ia bersama makhluk hitam itu, terdengar suara tetabuhan berirama monoton… bok bok .. ting ting.. bok bok .. ting ting… berulang kali. Makhluk hitam itu tampak girang lalu berkata,”Le.. ning omahemu ana rame-reme.. ayo mulih..” yang arti, nak di rumahmu ada keramaian, aku pulang.. Gendruwo itu lalu menyambar tangan Kasdi, dan dalam sekejap keduanya sudah berada di depan rumah Kasdi.
Proses ditemukannya Kasdi itu saat makhluk hitam itu berjoget karena terlena bunyi tetabuhan tempayan (tampah) dengan besi lanjam untuk membajak sawah, hingga makhluk itu terlena dan tangannya melepaskan anak yang semula dikuasainya. Nah, saat terlepas itu Kasdi dapat dilihat oleh keluarga dan warga yang sedang melakukan rituan tetabuhan sebagai tradisi melepas anak yang dikuasai Gedruwo. Akhirnya anak bandel yang hilang tiga hari tiga malam itu muncul secara ajaib.
Hasil wawancara dengan Kasdi, menyimpulkan, Gendruwo yang membawanya itu dari wilayah Jepara. Analisanya dari dialognya, yaitu,”Le.. ning omahmu ana rame-reme.. ayo mulih..” Kalau Gendruwo itu dari wilayah Pati, dialognya tentu ,”Le.. ning omahem ana rame-reme.. ayo mulih..”
Efek Setelahnya
Kebanyakan anak yang pernah dibawa Gendruwo, pada umumnya nalar dan religinya agak kurang. Karena itu anak yang pernah mengalami kejadian itu perlu dilakukan ritual pembersihan. Misalnya dengan mandi atau kungkum pada air laut pada pagi atau sore hari, karena sifat dari air laut itu menetralkan energi negatif. Untuk mantabnya, saat berendam itu, sambil membaca asmaul husna yang memiliki karakter menetralkan.
Fenomena anak hilang dibawa makhluk halus saat ini mulai langka. Namun, sesekali saya masih dikontak pembaca buku yang berdomisili di pedesaan. Walau secara umum anak hilang saat ini lebih sering di temukan di persewaan play station, namun terkadang masih ditemui kasus anak hilang secara misterius.
Jika proses pencarian secara logika itu tidak membuahkan hasil, cara budaya pun kadang berjodoh. Misalnya, pernah ada anak yang hampir lima hari tak ada beritanya. Saat dilakukan tradisi, dengan menyuguhkan panggang ayam bakar, saat di lempar ketepian sungai, tiba-tiba anak yang hilang itu tampak. Dan bisa jadi, proses pelepasan ini tak jauh dari yang dialami Kasdi.
Kalau versi ilmu hikmah, anak hilang karena faktor magis dapat dilakukan dengan membacakan asmaul husna “Ya Allah, Ya Nur, Ya Haq, Ya Mubin. Baca sebanyak 313 kali. Untuk pencegahan, bacakan pada air dan diminumkan.
Jika dipikir-pikir, gangguan yang dilakukan makhluk halus itu negonya lebih mudah dan murah dibanding gangguan dari sesama manusia. Gangguan jin setan bisa dilakukan cukup dengan lantunan ayat suci, bunyi tetabuhan atau asap dupa, namun jika gangguan dari sesama manusia, upeti atau tebusannya sering kali lebih mahal.
Karena itu, kaidah “sebaik-baiknya jin (sebanding) manusia paling jahat” perlu diamandemen.
Masruri praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan, Cluwak, Pati