blank

JAKARTA (SUARABARU.ID) – Virus corona baru (COVID-19) sudah menginfeksi sebanyak 18.077 penduduk dan merenggut 831 nyawa di Spanyol.

Beberapa waktu lalu, seorang pria berusia 21 tahun dinyatakan meninggal dunia setelah dirinya mengunjungi dokter tetapi tidak diberikan penanganan yang serius.

Dikutip dari laman Washington Examiner, pria tersebut merupakan seorang pelatih tim sepak bola muda di Spanyol, Francisco Garcia.

Francisco meninggal dunia pada Minggu, 8 Maret 2020 setelah dirinya mengalami gejala COVID-19 pada Jumat, 6 Maret 2020.

Ayah tirinya, Juan Fernandez mengatakan, pada Jumat, 6 Maret 2020 lalu, Francisco mengunjungi sebuah rumah sakit, namun dokter membiarkannya pulang dan hanya memberikan Francisco parasetamol.

“Dokternya mengatakan kepadanya untuk membeli parasetamol. Kemudian membiarkannya pulang dan mengatakan tidak perlu khawatir,” ujar Juan kepada The Sun pada Rabu, 11 Maret 2020.

Sebelumnya, Juan mengaku tidak berpikir bahwa Fracisco mengalami gejala-gejala COVID-19.

“Kami tidak berpikir ada sesuatu yang salah, dan para dokter juga tidak,” ungkapnya.

Namun di hari berikutnya, kondisi Francisco semakin memburuk, lantas Juan dan istrinya, Irene membawa pelatih sepak bola tersebut ke Rumah Sakit Regional Universitario de Málaga, Spanyol.

“Tetapi, pada hari berikutnya, dia tidak bisa berdiri dengan benar, dan dia demam. Kami tahu itu penyakit yang lebih serius dibandingkan flu atau demam biasa.

“Jadi kami membawanya ke Rumah Sakit Regional Universitario de Málaga di mana mereka langsung menerimanya dan menaruhnya di ventilator,” tegas Juan.

Laporan tes yang dilakukan kepada Francisco menunjukkan bahwa dirinya tidak hanya terinfeksi COVID-19 tetapi juga memiliki leukemia.

Juan tidak pernah menyangka bahwa COVID-19 akan membunuh anak sambungnya, selama masa perawatan, pihak rumah sakit tidak mengizinkan dirinya untuk menghubungi Francisco.

“Kami tahu COVID-19 membunuh orang, tetapi kami tidak pernah mengira itu akan membunuh Francisco.

“Kami diberi tahu bahwa dia telah meninggal pada hari Minggu, 8 Maret 2020.

“Yang kami miliki selama masa perawatan adalah kontak telepon dengan rumah sakit. Kami tidak bisa berbicara dengan Francisco.

“Kami tidak bisa melihatnya, dan kami tidak bisa memberikan penghormatan terakhir kami. Dia dibawa ke kuburan tanpa kita bisa mengucapkan selamat tinggal padanya,” tambah Juan.

Juan menyebut, kematian Francisco adalah bukti bahwa COVID-19 perlu ditanggapi dengan sangat serius oleh pemerintah.

Menurut Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat, Francisco adalah salah satu orang termuda yang meninggal karena COVID-19.

Sementara itu, sebuah studi yang baru-baru ini dilaksanakan di Italia menunjukkan bahwa 99 persen orang yang meninggal karena COVID-19 memiliki setidaknya satu penyakit bawaan.

Studi tersebut juga mengklaim, usia rata-rata kematian akibat COVID-19 adalah 80 tahun.

PR-Wahyu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini