blank
Sejumlah penumpang mengamati layar informasi kedatangan dan keberangkatan pesawat di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah. foto: Ant/Suarabaru.id

JAKARTA (SUARABARU.ID) – Peneliti Senior Institute Developing Enterpreneurship Sutrisno Iwantono meminta pengusaha tidak hanya memikirkan diri sendiri dengan meminta insentif yang berlebihan dalam menghadapi dampak virus Corona atau Covid-19, namun juga memikirkan aspek kemanusiaan dengan membantu pemerintah.

“Kepada pengusaha dan seluruh lapisan masyarakat marilah kita berkorban untuk sementara, demi kepentingan yang lebih besar ke depan,” kata Iwantono di Jakarta, Minggu (15/3).

Iwantono mengakui bahwa kasus COVID-19 mempunyai dampak ekonomi.  Untuk itu pemerintah sudah menerbitkan langkah-langkah stimulus jilid 1 dan jilid 2, ada relaksasi moneter, dukungan fiskal, penundaan pembayaran kredit bank, serta keringanan pajak PPh Pasal 21 dan Pasal 25, walaupun tidak semua sektor mendapatkannya.

Namun Iwantono mengatakan anggaran pemerintah sangat terbatas dan tentu harus ada prioritas. “Biarlah pemerintah bisa prioritaskan aspek kemanusiaan.

Bahkan, katanya, pengusaha bisa memberikan bantuan kepada pemerintah pusat maupun daerah untuk membantu menangani COVID-19.

“Saya baca berita Cristiano Ronaldo pemain klub Liga Italia Juventus saja merelakan jaringan hotel mewahnya dijadikan rumah sakit, dan memberikan pelayanan gratis kepada semua pasien terdampak virus Corona. Mestinya orang kaya di Indonesia punya juga kemampuan seperti itu, kita tunggu,” katanya.

“Dalam situasi seperti ini kita dituntut kebersamaan, aspek kemanusiaan yaitu penyelamatan kesehatan masyarakat harus di dahulukan,” kata Iwantono.

Iwantono mengatakan tidak ada gunanya jika pengusaha memperoleh keuntungan namun banyak masyarakat meninggal. Lebih baik fokus pencegahan penyebaran COVID-19 ini diprioritaskan agar tidak menjadi bencana kemanusiaan.

Apalagi, katanya, saat ini, ada kritik dan keluhan dari masyarakat bahwa rumah sakit dan tenaga medis belum siap. Banyak orang ingin tes terinfeksi atau tidak, tetapi tidak terlayani dengan baik dan banyak rumah sakit yang tidak dapat melakukan.

Sementara itu masyarakat juga kesulitan mencari masker dan hand sanitizer. “Saya mencari infrared thermometer sulit sekali, kalaupun ada harganya selangit dan harus menunggu pesanan yang memerlukan waktu lama,” katanya.

Ia mengatakan, sebaiknya anggaran pemerintah diprioritaskan dulu untuk pengadaan keperluan-keperluan penanganan COVID-19, seperti penyiapan tenaga medis dengan seluruh perlengkapannya.

“Kita belum melihat ada kegiatan massal pembersihan dan menyemprot disinfektan di lingkungan tempat kerja dan tempat umum lainnya, tempat ibadah, di rumah-rumah dan di kampung-kampung sambil melakukan edukasi pada masyarakat,” katanya.

Pengusaha, katanya dapat juga berperan dalam hal-hal seperti itu.

Ant-Tm