blank
Petugas Medis RS PKU Muhammadiyah Wonosobo ketika memberikan materi prakte pemulasaraan jenazah bagi warga Perum Purnamandala Kelurahan Bumireso Wonosobo. Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Sejumlah warga RT 2 RW 7 Perum Purnamandala Kelurahan Bumireso Wonosobo, Minggu (2/2), mengikuti pelatihan pemulasaraan jenazah di rumah salah satu warga. Pelatihan dilakukan dengan melakukan praktek perawatan jenazah secara langsung.

Replika boneka jenazah dijadikan sebagai media praktek memandikan dan mengafani jenazah. Jika warga hanya diberi teori atau pemahaman pemulasaraan jenazah tanpa praktek langsung kurang mengena dan tidak tahu tata caranya yang benar.

Ketua RT 2 RW 7 Perum Purnamandala Amirudin S Sos I mengatakan pelatihan pemulasaran sangat penting diadakan agar warga memiliki pemahaman, baik dari sisi medis maupun syariat, sehingga kalau ada warga yang meninggal bisa ditangani dengan baik dan benar.

“Semua warga punya kewajiban yang sama untuk ikut melakukan pemulasaraan terhadap jenazah. Bahkan jenazah sebaiknya tidak cukup dipulasara oleh petugas khusus, tapi lebih afdhol dimandikan oleh keluarga dekat, kakak, adik, anak atau cucu,” katanya.

Bertindak sebagai pemateri dalam pelatihan jenazah adalah Widhi Setiawan (tenaga medis RSI Wonosobo) dan Nurhadi (tenaga medis RS PKU Muhammadiyah Wonosobo). Kedua pemateri menyampaikan praktek pemulasaraan jenazah secara detail dan rinci.

Tenaga Medis RS PKU Muhammadiyah Nurhadi lebih banyak memberikan materi dan praktek penanganan jenazah dalam perspektif agama Islam. Yang kali pertama dilakukan warga kalau ada orang meninggal adalah menutup mata dan mendoakan.

Penularan Penyakit

blank
Replika boneka jenazah yang digunakan sebagai media praktek pelatihan pemulasaraan jenazah, dari memandikan sampai mengafani. Foto : SuaraBaru.di/Muharno Zarka

“Setelah itu periksa mulut dan ikat dagunya. Lalu ditutup dengan kain, sebelum dimandikan. Dalam memandikan jenazah yang paling berhak adalah keluarga, orang yg diwasiati dan orang yang memiliki pengetahuan tentang pemulasaraan jenazah,” katanya.

Sebelum memandikan jenazah, tambahnya, pihak keluarga memastikan kondisi jenazah dulu.

Apakah ada penyakitnya atau tidak. Pastikan sudah tidak ada barang-barang yang menempel pada jenazah. Barang yang masih menempel di tubuh jenazah bisa dilucuti.

Petugas medis dari RSI Wonosobo Widhi Setiawan mengatakan banyak aspek yang perlu diperhatikan keluarga maupun warga sebelum memulasara jenazah agar bisa sah dalam perspektif agama dan aman dari sisi kesehatan.

“Dari sisi agama jenazah harus diperlakukan sesuai keyakinan agama jenazah dengan melibatkan keluarga. Dari sisi kesehatan orang yang membantu menangani jenazah harus memperhatikan kebersihan agar tidak terjadi penularan penyakit,” sebutnya.

Karena itu, tambahnya, harus ada pemahaman tentang jenis-jenis penyakit menular dan cara penularannya. Pemulasaraan jenazah sebaiknya dilakukan dua jam setelah meninggal agar kuman-kuman yang ada ditubuh jenazah sudah mati dulu.

Bahkan virus HIV bisa bertahan sampai 6 jam. Widhi memastikan agar pemulasara jenazah adalah orang yang tidak memiliki luka, tidak sedang sakit dan harus menggunakan alat bantu. Telapak tangan harus menggunakan kantong tangan dan bermasker.

“Kalau ada pasien yang meninggal di rumah sakit sebaiknya jenazah dimandikan di RS terutama pasien yang rentan menularkan penyakit. Karena di RS punya alat lebih lengkap dan keluarga tetap bisa ikut memandikan bersama petugas yang terlatih,” paparnya.

Muharno Zarka-Wahyu