WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Selama Tahun 2019, di Kabupaten Wonogiri telah terjadi 204 kali kejadian bencana alam. Dampaknya, menyebabkan korban meninggal dua orang, dan menimbulkan kerugian materi sebesar Rp 8,864 miliar lebih.
Demikian dikemukakan Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, Selasa (7/1), ketika memimpin apel kesiapsiagaan bencana yang digelar di Alun-alun Krida Bakti depan Kantor Kabupaten Wonogiri. Tampil menjadi Komandan Apel Pasiter Kodim 0728 Wonogiri Kapten (Inf) Mochamad Sambudi, dan Perwira Apel dipercayakan kepada Pasipers Letda (Ctp) May Indra Purnomo.
Hadir dalam kegiatan ini, Dandim 0728 Wonogiri Letkol (Inf) Imron Masyhadi, Kapolres AKBP Christian Tobing bersama jajaran Forkompinda, dan Kasiterrem 074 Warastratama Surakarta, Letkol (Caj) Achsin. Berikut Wakil Bupati Edi Santoso, Plh Sekda Wonogiri, Teguh Setiyono, para Staf Ahli Bupati Wonogiri, Kepala Satpol-PP Waluyo, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto,.Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Dokter Adhi Dharma.
Lintas Organisasi:
Hadir pula Kasdim 0728 Wonogiri Mayor (Inf) Nurul Muthahar bersama.para Danramil dan para Perwira Staf jajaran Kodim 0728 Wonogiri, Wakapolres Kompol Adi Nugroho beserta para Kabag dan Kasat serta para Perwira Staf dan para Kapolsek se jajaran Polres Wonogiri. Apel diikuti oleh jajaran aparat dari dinas dan instansi terkait, para Camat se Kabupaten Wonogiri, para Kepala Desa (Kades) dan Lurah, jajaran relawan siaga bencana dari Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB), Perlindungan Masyarakat (Linmas), PMI, SAR. Berikut para pengurus Satgas Lintas Organisasi, dan seluruh organisasi masyarakat (Ormas) yang memiliki satuan siap-siaga bencana.
Bupati memberikan apresiasi terhadap semua pihak terkait dan seluruh elemen masyarakat yang telah berkomitmen untuk mengantisipasi dan menghadapi kerawanan bencana yang dimungkinkan bakal muncul. ”Kepada segenap unsur hendaknya senantiasa mengedepankan kewaspadaan dan kesiapsiagaan,” tegas Bupati sembari mengingatkan bahwa kejadian bencana alam dapat terjadi kapan pun, dimana pun, dan dapat menimpa siapa pun. Baik itu terjadi baik pada musim penghujan maupun musim kemarau.
Dijelaskan, kondisi geografis Kabupaten Wonogiri memiliki potensi bencana alam, seperti ketika musim kemarau terjadi krisis air bersih dan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Sementara pada musim penghujan, berpotensi terjadi bencana alam banjir, tanah longsor, angin ribut yang dapat mengakibatkan kerusakan pada sarana publik, maupun pemukiman warga.
Mengurangi Resiko:
Dalam kesempatan tersebut, Bupati melontarkan otokritik terkait dengan adanya kecenderungan sikap masyarakat, yang seakan mengingkari dampak bencana, hingga munculnya bencana alam itu sendiri. Belum muncul kesadaran untuk melakukan tindakan yang mengutamakan mencegah kemunculan bencana alam. Tapi masih cenderung lebih mengutamakan upaya penanganan dampak bencana itu sendiri. Pada hal, tambah Bupati, prinsip mitigasi bencana adalah melakukan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana. Terkait ini, penyadaran dan peningkatan kemampuan dalam menghadapi ancaman bencana, harus terus disoalisasikan.
Di Wonogiri, tandas Bupati, perlu langkah penguatan prinsip mitigasi bencana, dengan melakukan strategi pengurangan resiko bencana. Yakni dengan melakukan pemetaam daerah rawan bencana, fasilitasi pembentukan Desa Tanggguh Bencana (Destana) di seluruh wilayah Wonogiri. Kemudian peningkatan kapasitas relawan, disertai gerakan mitigasi bencana. Semua elemen masyarakat, dalam upaya penanggulangan bencana alam di Tahun 2020, diseru untuk memperkuat kerjasama antar-lini, dan membangun sistem penanggulangan yang terpadu, bersikap solid, serta meminimalkan resiko dampak bencana.
Selama kurun waktu 2019, bencana alam di Wonogiri terdiri atas tanah longsor sebanyak 39 kali dengan kerugian Rp 887.500.000. Angin ribut yang timbul akibat cuaca ekstrem 103 kejadian dengan kerugian Rp 852. 575.000. Bencana banjir 10 kali kejadian dengan nilai kerugian Rp 731.300.000. Musibah kebakaran rumah terjadi sebanyak 23 kali dengan kerugian Rp 963.000.000. Kebakaran hutan dan lahan sebanyak 33 kejadian dengan kerugian Rp 5.360.000.000. Bencana tanah bergerak 2 kejadian dengan kerugian Rp 50 juta, tanah amblas 1 kejadian dengan kerugian Rp 20 juta. Total ada 204 kejadian bencana alam, dengan kerugian sebesar Rp 8.864.375.000, dan dua orang warga meninggal dunia.
Bambang Pur