blank

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Magister Psikologi Universitas Semarang (USM) menggelar MoU dan Kuliah umum dengan menghadirkan Ketua Umum Himpunan Psikologi Indonesia ( Himpsi) Dr Seger Handoyo, Psikolog pada Sabtu (21/12) di Aula Gedung V USM.

Penanda tanganan MoU dilakukan oleh Direktur Pascasarjana USM Dr Djoko Santoso MSi dan Ketua Umum Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Dr Seger Handoyo disaksikan oleh Kaprogdi S2 Magister Psikologi USM Dr Mulya Virgonita IW MSi Psikolog, serta Dekan Fakultas Psikologi USM Dr Rini Sugiarti MSi Psikolog.

Menurut Djoko Santoso tujuan diadakannya MoU ini antara lain menjalin kerjasama dalam mengembangkan keilmuan dan profesi psikologi, menjalin kerjasama dalam mengembangkan anggota Himpsi melalui pendidikan berkelanjutan dan pelatihan psikologi, dan menjalin kerjasama dalam melakukan layanan psikologi terhadap masyarakat.

“Disiplin ilmu psikologi membuat seseorang menjadi normal arena pada dasarnya hidup ini harus seimbang, kalau tidak seimbang pasti akan menjadi penyakit, maka diharapkan dengan disiplin ilmu psikologi bisa diimplememntasikan dalam bermasyarakat, bernegara dan berbnagsa, sehingga mampu membuat hal-hal positif kita harus mengembangkan hal-hal positif sehingga akan membangun dampak positif” imbuhnya.

Selain MoU, Magister Psikologi USM juga menggelar kuliah umum dengan narasumber Ketua Himpsi Dr Seger Handoyo dan dihadiri 100 lebih peserta dari mahasiswa S1 dan S2 psikologi serta alumni psikologi USM.

Sementara Dr Seger mengatakan bahwa di era disrupsi banyak dari kehidupan kita yang sudah berubah, psikologi menjadi punya peran yang luar biasa.

Di era kemajuan teknologi, psikologi berperan dalam bentuk alat untuk mencapai perubahan positif bagi masyarakat seperti kesehatan dan kesejahteraan, kepuasan hidup, produktivitas, hubungan interpersonal, pendidikan dan perawatan kesehatan.

Ketua Hipmsi ini mengenalkan sebuah aplikasi berbasis bukti (evidence-based apps) yang dapat meningkatkan, dan dalam beberapa kasus dapat menggantikan, obat untuk mengobati berbagai gangguan kesehatan mental.

“Saat ini telah tersedia pilihan ketiga, yaitu perangkat kesehatan digital, perangkat lunak, dan aplikasi yang secara kolektif dikenal sebagai terapi digital (digital therapy), semua tantangan dalam era revolusi industri 4.0 memerlukan inovasi dan pembelajaran berkelanjutan, yang bergantung pada orang dan kapabilitas organisasi” ungkap Seger Handoyo.

usm-wahyu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini