Oleh Amir Machmud NS
“Kukatakan dengan indah// dengan terbuka…”
PENGGALAN lirik lagu hits yang romantik, “Kukatakan dengan Indah” Ariel Noah (sewaktu masih menyandang nama Ariel Peterpan) dalam album Bintang di Surga itu kiranya cocok untuk disuarakan kepada Ole Gunnar Solskjaer dan Manchester United, saat ini.
Dia dan pasukannya menjawab semua kritik dan cerca dengan keanggunan fakta, tidak perlu dengan perlawanan narasi yang berbusa-busa. Bukankah kemenangan adalah jawaban yang tak harus disampaikan dengan kata-kata? Kemenangan merupakan untaian kalimat yang pasti lebih bermakna.
MU yang dipandang mengalami degradasi mutu secara tajam dan musim ini sempat menghuni papan tengah klasemen Liga Primer, pekan lalu melesat ke tangga kelima. Dari penampilan-penampilan yang kurang merepresentasikan diri sebagai salah satu raksasa Eropa, perlahan tapi pasti MU mulai mengejar lagi jatidiri. Setan Merah kembali berhak merajut mimpi indah.
Dua kemenangan penting atas Tottenham Hotspur dan Manchester City seperti mengangkat Pasukan Theatre of Dream dari relung buram keprihatinan. Pada sisi lain, kebangkitan itu juga menandai realitas unik, betapa di bawah Solskjaer Manchester Merah tampil luar biasa ketika menghadapi klub-klub “enam besar”, namun justru memble melawan klub-klub semenjana, bahkan tak berdaya meladeni tim-tim papan bawah.
Selain sukses membekuk Chelsea, Spurs, dan City, Harry Maguire dkk menahan imbang Liverpool dan Arsenal. Tak kalah penting, menundukkan Leicester City yang pada tengah musim ini secara fantastis menyeruak ke tangga elite.
Fenomena inkonsitensi yang menjadi semacam paradoks itu, bagaimanapun tidak menepiskan kelegaan fans MU terhadap tanda-tanda kebangkitan, justru ketika kepercayaan terhadap kepemimpinam Solskjaer mulai merosot. Pria Norwegia itu kini kembali menghadirkan mimpi untuk sebuah harapan yang sempat terpinggirkan. Posisi “lima besar” diharapkan bakal mengangkat kepercayaan diri Marcus Rahsford cs untuk menuju kondisi “MU yang sesungguh-sungguhnya MU”.
Up trend Skuat Old Trafford itu antara lain disokong oleh kemonceran performa Marcus Rashford, dan gelandang serang Jesse Lingard yang menemukan lagi bentuk permainan terbaiknya. Juga di tengah absennya bintang utama Paul Pogba yang sudah melewatkan 14 laga karena cedera berat pergelangan kaki. Andai Pogba kembali, tentu Solskjaer akan punya lebih banyak pilihan di lini tengah. Pemain internasional Prancis itu terutama bisa menjadi solusi untuk membongkar pertahanan tim-tim papan bawah yang berskema defensif.
* * *
RYAN Giggs, legenda United yang selama ini masih memercayai Solskjaer, menegaskan The Red Devils pada saatnya bakal menemukan stabilitas permainan dengan gaya dan karakternya. MU berada di trek yang benar dengan talenta-talenta mudanya. Yang tampaknya dibutuhkan adalah pencerahan konfidensi di tengah tim-tim dengan performa taktik di bawah pelatih hebat seperti Liverpool, City, dan Leicester.
Solskjaer, yang semasa aktif bermain dikenal sebagai “supersub” mematikan, mengarungi perjalanan kepelatihan di MU yang bagai roller coaster. Melewati 14 laga tanpa terkalahkan pada awal masa kepelatihan saat menggantikan Joe Mourinho musim lalu, secara drastis MU malah tertatih-tatih di pengujung musim. Kepercayaan fans dan para legenda United pun sempat goyah, sampai kemudian bangkit ke arah performa yang makin membaik seperti sekarang.
Pelatih berjejuluk “The Baby Face Assassin” itu sempat dinilai kurang kompeten dalam visi membangun tim, lewat pemilihan para pemain rekrutannya. Disorot pula, sejumlah pemain bintang yang diincar MU enggan bergabung karena Solskjaer tidak punya daya tarik personal seperti Pep Guardiola atau Juergen Klopp yang karismatik. Dalam kondisi demikian, Rashford dan David de Gea-lah yang angkat bicara membela sang pelatih. Striker 22 tahun itu menyatakan Solskjaer adalah sosok yang tepat menangani para pemain muda MU. Sedangkan De Gea meminta kesabaran fans dan para legenda, karena yang mereka butuhkan hanya soal waktu.
Rashford sempat disorot tajam ketika performanya pada laga-laga awal kurang meyakinkan. Dia sempat dua kali gagal menuntaskan eksekusi penalti. Akan tetapi, perkembangan di separuh musim ini menunjukkan dia menjadi “faktor pembeda” yang menentukan kemenangan. Solskjaer bahkan memujinya bisa sebagus Cristiano Ronaldo sewaktu mulai membela MU. Rashford diperkirakan bakal berkembang menjadi salah satu pemain kelas dunia.
Memburu tambahan pemain dalam bursa transfer Januari nanti menjadi opsi Solskjaer. Benar, kini MU punya “senjata rahasia”, pemain 17 tahun Mason Greenwood yang telah unjuk ketajaman, namun sang pelatih masih membutuhkan striker lain sebagai pelapis Rashford dan Anthony Martial. Dia memburu Erling Braut Haaland, penyerang Red Bull Salzburg yang juga diminati klub-klub top Eropa. Musim ini pemain 19 tahun itu mencatat 28 gol dan tujuh assist dalam 22 laga bersama Salzburg.
Jalan masih membentang dengan aneka kemungkinan menuju akhir musim. Mampukah Maguire dkk mewujudkan impian merintis kembalinya kejayaan MU? Apakah MU konsisten mempertahankan status “lima besar”, bahkan mampu meraih tiket Liga Champions? Dengan pemulihan Paul Pogba sebagai kunci lini tengah, apakah Setan Merah bisa bangkit dalam membongkar pertahanan tim-tim papan bawah? Mampukah performa apik melawan the big six dipertahankan dengan kualitas permainan yang sama dalam pertemuan kedua dengan klub-klub tersebut?
Solskjaer hanya butuh menjawab lewat penampilan, dengan meminjam ungkapan romantik Ariel Noah, “Katakanlah dengan indah…”