Kepala UPTD Damkar Kabupaten Wonogiri, Joko Santosa, Selasa (3/12), menyatakan, di Tahun 2019 terhitung sampai awal Bulan Desember ini, telah menangani pengunduhan sarang tawon sebanyak 27 kali. ”Di luar itu, ini masih ada tiga permohonan lagi dari warga masyarakat, yang minta bantuan untuk ditangani sarang tawonnya,” jelas Joko Santosa.
UPTD Damkar Kabupaten Wonogiri memiliki 58 orang petugas. Mereka mengemban tugas baku untuk melakukan pemadaman manakala terjadi kebakaran. ”Pengunduhan sarang tawon, sebenarnya tidak masuk dalam tupoksi (tugas pokok fungsi) Damkar. Tapi warga mempercayai kami untuk melakukan pengunduhan sarang tawon,” jelas Joko Santosa. Kepala Satpol-PP Wonogiri, Waluyo, menambahkan, Damkar mempunyai fungsi perlindungan pada masyarakat, dan secara personel memiliki kompetensi untuk melakukan pengunduhan sarang tawon.
Di Tempat Sulit:
Komandan Regu (Danru) Damkar Kabupaten Wonogiri, Sriyanto, menambahkan, terakhir melakukan pengunduhan sarang lebah di rumah Ny Laginem di Desa Jaten RT 2/RW 12, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Sarang tawon yang dimohonkan untuk diunduh tim Damkar, pada umumnya berada di tempat-tempat yang sulit. Ada yang bertempat di pucuk atap rumah, bertengger di pucuk pohon, di celah-celah tembok rumah, atau pada batuan mulut gua, dan di lereng perbukitan.
Kantor UPTD Damkar Kabupaten Wonogiri, tak kuasa menolak permintaan pertolongan dari warga masyarakat. Karena itu, setiap menerima order permohonan pengunduhan sarang lebah, penyikapannya lebih dulu harus disurvai lokasinya, untuk kemudian merancang teknis pengunduhannya. Yakni dengan mempertimbangkan aspek safety demi keamanan dan keselamatan bagi personel Damkar.
Karena dalam pegunduhannya, petugas harus mendekat ke sarang, untuk kemudian menutupnya lubang satang memakai kapas yang dibasahi bensin (premium, pertalite atau pertamax). Bau bensin, dapat membuat mabuk kawanan tawon.
Bersikap Agresif:
Bersamaan itu, dinyalakan api di dekatnya, untuk memancing lebah yang berkeliaran di luar sarang. Sifat tawon, suka mendatangi sumber sinar termasuk nyala api, yang tanpa disadari dapat mati karena hangus terbakar. Ketika dirasa telah aman, barulah dilakukan tindakan memasukkan kantong plastik ke sarangnya, untuk kemudian diunduh atau dicopot dari tempatnya.
Pada praktiknya, ada yang sulit pengunduhannya. Itu terjadi, karena lubang sarang lebih dari satu, karena pernah dilempari batu atau disogok pakai galah bambu. ”Karena itu, kami mengimbau warga jangan iseng atau suka mengganggu sarang tawon,” tutur Joko Santosa. Sebab, itu dapat menjadikan tawon kemudian bersikap agresif, beringas, yang setiap saat melakukan penyerangan.
Jangan meremehkan sengatan tawon, bila memang tidak kebal upas (bisa). Sekitar setahun lalu, terjadi tragedi maut yang merenggut nyawa pengunduh tawon. Dia adalah Adi Cipto Purwanto (28), seorang guru olahraga yang tinggal di Dusun Duwet, Desa Pasekan, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri. Adi tewas disengat kawanan tawon Gung (Apis dorsata), ketika bermaksud mengambil madu dari sarangnya yang berada di puncak pohon Kelapa. Enam orang rekan yang mengikutinya, juga menjadi korban sengat tawon yang berubah jadi agresif karena merasa diusik sarangnya tersebut.