SEMARANG – Keterbatasan fisik yang disandang Sabar Subadri bukanlah hambatan dalam mengekpresikan diri, keinginan dan kemauan kuat untuk terus belajar dan mengembangkan diri menjadi penyemangat pelukis tanpa tangan ini untuk terus berkarya.
Dalam acara peringatan Hari Internasional Penyandang Cacat (Hipenca) 2019 di Mall Ciputra, Selasa (3/12/2019), selasar lorong mall disulap menjadi galeri karya seni. 32 lukisan cat acrylic bergaya natural realis dipajang dalam Pameran Tunggal Sabar Subadri; Spirit Kehidupan.
Menurut pelukis asal Salatiga yang sudah melukis sejak usia 10 tahun tersebut, cacat yang disandangnya merupakan deskripsi yang jujur karena ada yang absen dalam dirinya (fisik). Oleh karena itu dirinya menolak disebut disabilitas.
“Disabilitas itu seolah dianggap tidak mampu, padahal sudah berkarya. Makanya dengan pameran bertema spirit kehidupan ini saya berterima kasih sudah diberi ruang untuk mengekspresikan diri,” kata peluksi yang juga tergabung dalam Association of Mouth and Foot Painting Artists (MFPA).
Tak hanya itu saja, dalam sambutannya Sabar juga mengajak rekan sesama penyandang cacat untuk tetap jujur memberdayakan diri. Tidak terjebak dengan pemberdayaan fisik, tapi bisa memberdayakan intelektualnya juga.
“Tolong jangan disebut disabilitas, disabilitas adalah konsensus desain. Saya ingin teman-teman jujur dan tetap memberdayakan diri dan tidak terjebak dengan pemberdayaan fisik saja tapi memberdayakan intelektualnya juga,” tukas pelukis berusia 40 tahun tersebut.
Sementara itu Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah Sinung Rachmadi dalam sambutannya mengatakan bahwa apa yang dilakukan Sabar Subadri bisa menjadi inspirasi bagi para penyandang cacat lainnya.
“Tema Spirit Kehidupan ini adalah semangat yang akan memberikan kehidupan, tak hanya kepada sesama manusia tapi juga kepada dunia. Sabar Subadri jadilah pelita kehidupan bagi hidup ini, Anda akan menjadi inspirasi bagi kehidupan dan bangsa Indonesia,” katanya.
Lebih jauh Sinung mengatakan, kegiatan seperti pameran karya di tempat umum seperti di Mall Ciputra merupakan panggung kesempatan dan ruang bagi para penyandang cacat untuk menampilkan karyanya.
“Seperti arahan gubernur dan wakil gubernur, harus ada kesetaraan dan keberpihakan pemerintah kepada warga masyarakat penyandang cacat. Memberikan stimulasi dan ruang untuk mereka berprestasi, kami menjadi support system dan mengambil inisiatif sehingga penyandang cacat punya ruang kreasi,” pungkasnya. (suarabaru.id)