blank
Akibat polutan (pencemaran), sungai Bengawan Solo airnya berubah warna hitam, berbusa, dan berbau sejak Selasa (26/11/2019), dan muncul tumbuhan liar enceng gondhok dimana-mana. (Foto : SB/Wahono)

BLORA – Polutan (pencemaran) air sungai Bengawan Solo memang belum reda. Namun mulai Minggu (1/12/2019), perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Blora, Jawa Tengah, mulai memproduksi (mengolah) untuk dialirkan ke pelanggan.

Hanya saja, produksinya baru terbatas untuk pelanggan di wilayah Kecamatan Cepu, dengan kondisi warna air juga masih belum normal, masih berwarna sedikit kecokelatan dan pengolahan akan terus ditingkatkan agar bisa lebih baik.

“Kami mulai produksi dan alirkan ke pelanggan di Kecamatan Cepu, tapi warna air masih belum normal,” jelas Direktur Utama (Dirut) PDAM setempat, Yan Riya Pramono.

Menurut Yan Riya, setelah Minggu siang air PDAM mengalir untuk melayani pelanggan wilayah Cepu, sore atau malamnya dilanjutkan mengalir untuk para pelanggan di Kecamatan Sambong dan Jiken.

“Senin dini hari besok, pelanggan di Kecamatan Jepon, Kota Blora dan sekitarnya juga mulai terlayani,” jelas Dirut PDAM Tirta Amerta Blora.

PDAM sudah menghentikan produksinya sejak Selasa (26/11/2019), setelah air baku utama dari Bengawan Solo tercemar limbah, belasan ribu pelanggannya tidak lagi terlayani air.

blank
Puncak pencemaran sungai Bengawan Solo wilayah perbatasan Jateng-Jatim di Cepu air tampak berubah warna hitam dan berbusa. (Foto : SB/Wahono)

Ngungsi Mandi

Untuk mencukupi kebutuhan air keluarga, banyak warga harus ngungsi mandi, cuci dan ambil air  di sumur milik saudara serta kerabat masing-masing, bahkan tidak sedikit yang harus membeli ke bakul-bakul air keliling.

“Saya beli Rp 175.000 satu truk tangki dari orang Sambong, bisa untuk tiga hari, kemarin beli lagi satu tangki,” ungkap Suryani (51), warga Balun, Cepu.

Fadli (31), warga Balun, Kecamatan Cepu juga harus beli air 1.000 liter Rp 70.000, sudah tiga kali pada Rabu, Jumat dan Minggu, lantaran air dari PDAM tidak mengalir.

Terpisah Wakil Bupati Blora, H. Arief  Rohman, menjelaskan soal polutan air sungai Bengawan Solo menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten (Pemkab), dan permasalahan langsung dilaporkan ke Pemerintah Provinsi (Pemprov).

blank
Banyak ikan di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengaswasn Solo mati sebagai dampak pencemaran limbah dari hulu sungai. (Foto : SB/Wahono)

Menurut Arief, Pemprov juga sudah menindaklanjuti pencemaran tersebut, bahkan pada Rabu (3/12/2019), akan digelar rapat koordinasi penanggulangan pencemaran pada sungai Bengawan Solo.

Rakor akan digelar di ruang rapat gedung B Lt-V kantor Gubenrur Jawa Tengah, mereka yang diundang para walikota, bupati bersama kepala organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.

“Pemkab Blora berterima kasih ke Pak Gubernur yang sudah ambil langkah untuk mengatasi polutan, karena dalam tahun ini saja terjadi tiga kali pencemaran,” tambah Wabup Arief Rohman.

Diberitakan sebelumnya, sudah tiga hari, 12.000 lebih pelanggan PDAM Blora, tidak terlayani air bersih, setelah perusahaan daerah itu menghentikan produksi dari dampak polutan air sungai Bengawan Solo.

Belasan ribu pelanggan yang tidak terlayani air sejak Selasa (26/11/2019) dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tersebut, tersebar meluas di wilayah Kota Blora, Kecamatan Cepu, Sambong, Jiken dan Jepon.

Sedangkan UP terdampak pencemaran air baku dari Bengawan Solo, terinci ada di Kota Blora 4.087 pelanggan, dan Kecamatan Cepu 6.014 pelanggan.

Di UP Kecamatan Jepon 424 pelanggan, Kecamatan Jiken 291 pelanggan, kecamatan sambong 286 pelanggan. Manajemen PDAM belum bisa memastikan kapan kembali berproduksi.

“Kami tidak punya alternatif lain untuk mengatasi lima UP terdampak polutan, jadi ya menunggu air Bengawan Solo normal,” tambah Yan Riya Pramono.

Perlu diketahui, sejak akhir 2018 manajemen PDAM tertolong proyek SPAM Bengawan Solo yang airnya mulai mengalir lancar ke menara air di Kunden, Kota Blora, dan kecamatan lainnya.

Suarabaru.id/Wahono