blank
Salah satu karya animasi video pembelajaran yang berisi materi Bahasa Inggris yang bisa dijadikan sebagai media belajar bagi siswa-siswi SMP di mana pun berada. Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka

WONOSOBO-Semula, Asih Prihatin (33), guru Pendidikan Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Selomerto Wonosobo, tak terbersit secuil pun bisa mendapat Anugerah Kihajar 2019 Duta Rumah Belajar Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud RI).

Keinginanya membikin video pembelajaran Pendidikan Bahasa Inggris semata-mata sebagai ikhtiar memberikan cara baru yang lebih asyik dan menarik mengajar anak didiknya di kelas dengan media gambar dan narasi dalam bentuk film animasi.

“Saya sadar di era disrupsi ini, pelajar milenial mulai menggeser aktifitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata ke dunia maya. Dari yang semula cara manual berpindah ke yang serba digital. Zaman berubah budaya mengajar harus ikut berubah,” cetusnya.

Karena itu, tambah Asih, dirinya pun harus ikut melakukan perubahan dalam pola pembelajaran di kelas. Media pembelajaran manual dirasa sudah cukup usang, maka harus ada kreatifitas dan inovasi media pembelajaran yang lebih menarik dan unik.

“Aplikasi Rumah Belajar yang digagas Kemendikbud RI pun saya ikuti. Saya mendaftar pelatihan online pembelajaran tehnologi informasi dan komunikasi (PembaTIK). Ini kegiatan Level I berupa literasi untuk mempelajari materi dan modul yang ada,” katanya.

Melalui aplikasi Rumah Belajar yang dikelola Pusat Tehnologi Komunikasi (Pustekkom) Kemendikbud RI, katanya, materi atau modul pembelajaran TIK bisa diunduh secara online via webex, youtube, instagram dan facebook, setiap saat.

“Pembelajaran Level 1 berupa literasi dilanjutkan Level II implementasi dan Level III kreasi pembelajaran dengan membuat video dan Level IV yang merupakan langkah terakhir adalah berbagi hasil inovasi pembelajaran yang bisa diakses publik,” paparnya.

blank
Proses pembuatan video pembelajaran yang dilakukan Asih Prihatin dan dibantu beberapa teman guru lain saat pelatihan di Pustekkom Kemendikbud RI di Jakarta. Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka

Produksi Video

Asih Prihatin yang pernah menjadi guru TK dan Kejar Paket C di Banyumas ini, mengaku buta soal produksi video animasi untuk pembelajaran. Namun dengan tekad yang kuat dan belajar secara otodidak lambat laun bisa mendalami tehnis pembuatan video.

“Asal ada kemauan belajar, mencoba dan berinovasi sesuatu yang semula tidak bisa menjadi bisa. Memang butuh ketelatenan dan kemauan keras untuk mewujudkan impian jadi kenyataan. Chanel youtube menjadi sumber belajar yang saya andalkan,” tandasnya.

Perempuan berjilbab dan berkacamata ini, sampai harus menguras ide untuk bisa membikin video pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif. Proses menggalian ide, pembuatan skenario, mengisi materi, pengambilan gambar (shooting) dan editing ditangani sendiri.

Dalam video yang dia buat, tokoh berbentuk kartun animasi menjelaskan nama buah dalam Bahasa Inggris. Terjadi dialog yang menarik antara tokoh satu dengan tokoh lain terkait nama-nama buah dan manfaatnya. Guru berperan sebagai pendamping dalam pembelajaran ini.

“Pada video lain, saya membuat dialog melalui tokoh kartun tentang ungkapan berbahasa Inggris. Intinya dalam video pembelajaran ini, memindah cara mengajar klasik guru di depan kelas berhadapan dengan siswa, ke pembelajaran melalui video,” tutur dia.

Materi yang disampaikan, menurut Asih, sebenarnya sama antara yang disampaikan guru secara manual dan digital. Hanya, karena kini pelajar berada di era milenial, penyampaian pelajaran melalui video pembelajaran lebih terasa menarik dan menyenangkan.

Salah satu siswa, Hanifah Rose D (VIII B), mengaku metode pembelajaran melalui video lebih mudah, menarik, menyenangkan dan materi gampang diterima karena disampaikan melalui model story telling (gaya bercerita) yang lucu dan sangat bermanfaat.

Menurut Asih, produksi video pembelajaran dilakukan di kelas, di lingkungan sekolah dan saat melakukan pelatihan di Pustekkom Kemendikbud RI di Jakarta. Pembuatan video dibantu beberapa teman guru dan masih menggunakan perangkat sederhana berupa android.

SuaraBaru.id/Muharno Zarka