blank
LIHAT LOKASI: Ketua Komisi II DPRD Surakarta, YF Sukasno, bersama rombongan melihat lokasi ribuan ikan mati di Embung Tirtonadi, Rabu (13/11). (suarabaru.id/lbc)

SOLO, SUARABARU.ID – Ribuan ikan mati terlihat di sekitar Embung Karet Tirtonadi, Rabu (13/11). Ikan yang mati tersebut diduga karena terkena limbah yang mengaliri Kali Pepe di kawasan sekitar Embung Karet Tirtonadi.

Ketua Komisi II DPRD Surakarta, YF Sukasno mengungkapkan, ikan-ikan yang mati ini baru terlihat pada Rabu (13/11), sekitar pukul 09.00 WIB. “Ikan-ikan yang mati ini terlihat jenis nila, diduga karena adanya limbah busa yang ada di sekitar Embung Tirtonadi,” kata Sukasno saat inspeksi mendadak (sidak) di lokasi.

Dia secara detail belum mengetahui, busa yang mencemari sungai tersebut berasal dari limbah pabrik atau limbah rumah tangga.

Baca Juga: https://suarabaru.id/2019/11/13/progres-pembangunan-masjid-taman-sriwedari-mencapai-60-persen/

“Kita belum mengetahui itu limbah apa. Tapi kata penjaga, kejadian tersebut baru kali ini muncul. Tadi pagi petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surakarta sudah ambil sampel air,” tambah Sukasno.

blank
Ketua Komisi II DPRD Surakarta, YF Sukasno (suarabaru.id/lbc)

Politikus dari PDIP Surakarta tersebut menyarankan agar DLH Kota Surakarta mengajukan anggaran pembangungan laboratorium, karena kasus pencemaran lingkungan terutama di sungai-sungai yang mengaliri Kota Solo sering terjadi.

“DLH harus segera mengajukan anggaran pembuatan laboratorium. Sifatnya mendesak karena masalahnya seperti ini terus. Kota Solo dikelilingi sungai, jadi setiap hari kita berurusan dengan aliran air sungai. Dan pencemaran termasuk masalah utama sungai,” jelasnya.

 

blank
MENJARING IKAN: Warga sekitar Embung Tirtonadi mencari ikan di tengah-tengah busa yang muncul di sungai, Rabu (13/11). (suarabaru.id/lbc)

Dikonfirmasi terpisah, Staf Pengendali Pencemaran DLH Surakarta, Arif Cahyana menjelaskan, limbah busa yang terlihat di sekitar Embung Tirtonadi tersebut diduga berasal dari limbah rumah tangga.

“Ya kemungkinan limbah busa ini dari limbah rumah tangga dan peternakan dari daerah hulu sungai. Limbahnya mengandung fosfat dan deterjen,” ucap Arif

Dia menambahkan, air yang mengandung fosfat masuk ke bendungan lalu terjadi turbulensi. Semenjak aktif beroperasi Bendung Karet Tirtonadi dibangun lebih tinggi dan curam, sehingga air keluar dari bendungan muncul busa terus.

Arif memastikan kondisi air Sungai Kalianyar dalam kondisi aman. Hal itu diperkuat dengan tidak adanya pabrik besar di wilayah hulu.  “Ikan yang diburu para warga masih layak dikonsumsi, tetapi warga yang terjun langsung ke sungai dapat terkena penyakit kulit,” tuturnya.

Suarabaru.id/LBC