BLORA – Makam Pahlawan asal Aceh, Pocut Meurah Intan, terawat baik di makam keluarga Tegalsari, Desa Temurejo, Kecamatan Kota Blora, Blora, Jawa Tengah. Bahkan banyak dikunjungi warga Blora dan sekitarnya.
Meski Pocut Meurah Intan bukan kelahiran Blora, namun masyarakat merawat dan menguri-uri makam pahlawan wanita itu dengan sangat baik, terlebih bersamaan peringatan hari pahlawan, puluhan warga berziarah ke makam itu.
“Sejak Sabtu siang dan Minggu ini, bantak warga datang berziarah di makam Pocut Meurah Intan,” jelas Sukardi (57), Minggu (10/11/2019), warga yang rumahnya tidak jauh dari makam.
Sudah lama masyarakat berharap perhatian nyata pemerintah dapat menata (memugar) makam pahlawan Pocut Muerah Intan, seperti makam-makam pahlawan lainya, antara lain makam RA Kartini di Bulu, Rembang.
“Untuk menghargai jasa-jasanya, warga berharap perhatian pemerintah pada makam Pocut,” kata Kudnadi (55), warga yang rumahnya sekitar 700 meter dari makam Tegalsari.
Destinasi Wisata
Selain itu, masyarakat juga berharap Panglima Pocut Muerah Intan, Mahmud yang dimakamkan di makam Butoh, Kelurahan Kunden, Kecamatan Kota Blora, diangkat dan dijadikan satu di makam Tegalrejo.
“Perlu ada penataan makam Pocut Meurah Intan, biar menjadi destinasi wisata seperti makam pahlawan lainya,” harap Bekti (36), warga Blora.
Peru diketahui, Pocut Meurah Intan adalah pahlawan wanita dari Aceh, yang berjuang secara heroik melawan koloni Belanda, dan dijuluki Srikandi Nasional dari tanah Rencong.
Srikandi itu berjuang saat perang Belanda meletus di Aceh sejak 1873. Pocut akhirnya sampai ke Pulau Jawa dan meninggal di Jawa Tengah dimakamkan di makam keluarga R. Ng. Donopuro, di Desa Temurejo, Blora.
Diceritakan cucu panglima Mahmud sang pengawal setia Pocut Meurah Intan hingga, Sugeng Waluyo, perjuangan Srikandi Nasional dari tanah Rencong ini di dibuang oleh Pemerintah Belanda ke Blora pada 1901.
“Pocut Meurah Intan merupakan pejuang wanita di Aceh, akhirnya tertangkap Belanda dan di buang di Blora 1901 dan meninggal di kabupate penghasil kayu jati ini,” beber Waluyo.
Awalnya, lanjut Waluyo, Potcut Meurah Intan dan pengawal setianya Panglima Mahmud di makamkan di makam umum Butoh, Kelurahan Kunden.
Lantas oleh keluarga Panglima Mahmud dipindahlan makam keluarga R. Ng. Donopuro, sekitar 1,2 kilometer dari alun-alun kota sate.
Waluyo berharap, pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten) dapat menghargai perjuanganya, dan makam Pocut Meurah Intan bisa ditata layaknya pahlawan wanita lainya.
Suarabaru.id/Wahono