MAGELANG- Wali Kota Magelang, Sigit Widyonindito, menghadiri peringatan HUT Ke-48 Gereja Paroki Santa Maria Fatima dan pengucapan syukur jemaat gereja tersebut, beberapa hari lalu (13/10).
Dia mengatakan, kehadirannya sebagai wujud sikap toleransi sekaligus sarana untuk menyerap aspirasi masyarakat dari kalangan manapun, termasuk dalam kegiatan keagamaan. Aspirasi yang disampaikan pun beragam mulai dari infrastruktur, kebersihan hingga kedisiplinan.
Menurutnya, sejumlah kebijakan Pemkot Magelang telah dilahirkan dengan sasaran masyakarat luas. Seperti bantuan operasional sekolah daerah (Bosda). Bosda tidak hanya untuk pelajar Kota Magelang, tetapi juga dari luar Kota Magelang.
‘’Jadi pemimpin mesti adil. Nggak ada masalah itu siswa dari Kabupaten Magelang, dari Temanggung, Purworejo dan lainnya, tetap saya ingin mereka bisa mendapatkan BOSDA. Kalau biaya pendidikannya sudah gratis, giliran kami yang memberikan seragamnya, sepatunya, buku belajarnya, tasnya,’’ ujarnya.
Sigit menegaskan, kedatangannya ini untuk menegaskan visi Kota Magelang sebagai Kota Jasa yang dilandasi masyarakat modern sejahtera dan religus. Makna dari religius itu, menurut Sigit, tidak hanya terpaku pada masyarakat muslim saja, tetapi semua agama.
Mengenai rencana peningkatan kesejahteraan masyarakat, Kota Magelang tidak mungkin mengandalkan sumber daya alam (SDA). Sebab, kota dengan luas wilayah 18,54 kilometer persegi ini nyaris tidak ditemukan SDA sebagai mata pencaharian warga.
‘’Andalan kita hanya sumber daya manusia (SDM)nya, sehingga harus benar-benar dimanfaatkan jargon kita sebagai Kota Jasa. Contoh Singapura, negara itu kecil tapi mengapa orang-orang dari penjuru dunia ingin ke sana semua. Ternyata kotanya memang indah, kebersihannya dijaga, itu modal bagi kita agar bisa meniru Singapura,’’ tegasnya.
Ketua Panitia HUT Ke-48 Gereja Paroki Santa Maria Fatima, Ignasius Mudiworo Haksono menjelaskan, beragam kegiatan sudah dijalankan gereja untuk menyambut hari ulang tahun. Selain kegiatan peribadatan, pihaknya juga menggandeng masyarakat sekitar turut serta dalam rangka menjaga silaturahmi dan sikap toleransi antarumat beragama.
‘’Sebelum acara puncak ini kita sudah menggelar kenduri, makan bersama dengan masyarakat muslim di sekitar gereja. Mereka bahkan mendoakan dengan cara Islam. Ini membuktikan kalau keberagaman sangat terjaga di sini,’’ tutur Sony, panggilan akrabnya.
Gereja Paroki Santa Maria Fatima memiliki sekitar 2.000 jemaat. Mereka tidak hanya berasal dari Kota Magelang, tetrapi juga dari Secang, Grabag, Pakis, Ngablak, wilayah Kabupaten Magelang.
‘’Kami juga menggelar gelar festival seni dan tumpeng dari masing-masing wilayah. Antara lain Petrus, St Yusuf, Maria, dan Katarina. Kemudian ada penampilan seni tradisional anak-anak di kompleks gereja,’’ terangnya. (hms)
Editor : Doddy Ardjono