BLORA – Warga Blora mayoritas dari kalangan pemuda dan pelajar, terindikasi kuat telah terpapar (pengikut) faham radikal, dengan perkiraan jumlahnya lebih dari 300 orang.
Sujumlah kepala sekolah (kasek), dan aparatur sipil negara (ASN), juga jadi pengikut faham radikal, bahkan sebagai koordinator di Blora dari ASN.
“Warga Blora terpapar faham radikalisme ada ratusan, dan koordinatornya dari ASN,” beber Kasi Kewaspadaan Dini dan Ketahanan Masyarakat Kantor Kesbangpol Blora, AS. Tony Games, Selasa (24/9/2019).
Tony mengatakan para pengikut faham radikalisme tersebut di acara sarasehan bertemakan “mencegah masuknya faham radikalisme dan teroris di Kabupaten Blora” di Gedung Aryyaguna Mapolres setempat.
Ditambahan, faham radikalisme berpusat di Kota Kecamatan Ngawen, Blora. Saat ini gerakan mereka halus, tidak terbuka dan lebih banyak bergerak dengan cara kajian.
Hadir pada kesempatan itu Kasat Binmas Polres AKP Slamet Irianto, Komandan Intel Kodim Letda (Arm) Gunawan HS, Ketua FKUB KH Ishad Shofawi, takmir masjid, tokoh agama, tokoh masyarakat dan perwakilan pelajar di Kabupaten Blora.
Sarasehan yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Blora didukung Polres setempat, juga dihadiri sejumlah pelajar Papua yang kini belajar di kota sate.
Ketua PWI Blora, Wahono, dalam sambutannya mengatakan tema ini sengaja diambil, lantaran muncul satu persepi para penganut faham radikal adalah mereka yang berjenggot dan memakai celana cingkrang (pendek).
“Kita perlu luruskan, karena di Blora muncul persepsi, mereka yang berjenggot dan bercelana cingkrang disangka penganut radikalisme,” katanya.
Dari sarasehan lintas agama ini, Wahono mengajak masyarakat untuk menjaga kondusifitas yang telah terbangun di Kabupaten Blora.
Keberagaman
Selain itu, PWI mengimbau masyarakat tidak mudah terprovokasi dengan isu-isu yang menyesatkan, dan menyikapi secara dewasa berita hoaks di media sosial.
“Walaupun kami wartawan, tapi kami ingin Blora tetap sejuk dan kondusif,” katanya.
Mewakili Kapolres Blora, AKBP Antonius Anang, Kasat Binmas AKP Slamet Irianto menyebut jika akar dari munculnya aksi terorisme diawali dengan berkembangnya paham radikal.
Untuk terorisme, jelasnya, kelompok ini mengedepankan kekerasan dalam menyikapi berbagai persoalan yang ada.
Radikalisme dan terorisne, juga dapat diartikan sebagai sifat fanatisme yang sangat tinggi terhadap agama, mereka mengajak dengan cara kekerasan kepada para pengikutnya.
“Di Indonesia, meningkatnya radikalisme ditandai dengan sejumlah aksi kekerasan dan teror,” jelas AKP Slamet.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), KH Ishad Shofawi, mengajak masyarakat Blora untuk menghargai keberagamam, menjaga kerukunan, dan saling menghormati.
Diakuinya, faham radikalisme adalah embrio dari terorisme, maka untuk mencegah masuknya terorisme di Blora adalah menjadi tugas bersama semua lapisan masyarakat.
Sementara itu Dandim Blora Letkot (Inf) Ali Mahmudi diwakili Komandan Unit Intel Letda (Arm) Gunawan HS, mengingatkan pentingnya menjaga karakter bangsa.
Selain menjaga karakter, Gunawan berpesan kepada masyarakat untuk sadar berbangsa, bernegara, yakin Pancaila, bela negara dan rela berkorban untuk negara.
Suarabaru.id/Wahono