BLORA – Pabrik Gula (PG) Blora milik PT GMM, akan segera tutup giling. Hanya saja sampai saat ini, jadwal akhir produksi belum diputuskan pihak menajemen, karena masih ada tebu rakyat di lahan-lahan tani.
Dijelaskan Direktur Operasional (Dirops) PT Gendhis Multi Manis (PT GMM), Ihsan, Selasa (10/9/2019), tebu yang masuk ke PG milik Bulog di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Blora, memang masih lancar.
PG juga masih aktif giling tebu rakyat, namun lahan tebu petani di Kabupaten Blora mulai menipis, setelah sejak 1 Mei 2019 setiap harinya masuk PG untuk digiling.
“Sejumlah PG di Jateng memang sudah tutup giling, tapi kami masih aktif giling tebu rakyat,” jelas Ihsan didampingi General Manager (GM) PT GMM Bambang Subekti, Adiyta dan pejabat PT GMM lainnya.
Dirops PT GMM menambahkan, pihaknya belum menjadwalkan kapan PG bakal tutup giling untuk musim giling 2019, menyusul beberapa lahan tebu petani Blora masih bertebaran di sejumlah lokasi.
Lancar
Artinya, lanjut Ihsan, jika tebu petani Blora pada musim giling 2019 ini masih belum semunya ditebang, PG akan tetap menerima untuk digiling. Maka PT GMM belum putuskan kapan tutup giling.
“Jika tebu petani belum habis, PG PT GMM akan tetep buka giling, kasihan petani jika nanti tebunya sampai mangkrak dan kering,” tandas Ihsan.
Sementara itu data produksi sejak giling perdana 1 Mei 2019, PPG Milik PT GMM di Blora, telah menggiling (memproduksi) tebu rakyat sebanyak 43.791 truk tebu.
Untuk produksi gula putih bersih, produksi PG pelat merah itu, sudah mencapai 29.118,98 ton, dan jumlah itu akan terus bertambah, karena PG berlokasi di lahan eks Bumi Perkemahan (Pramuka) Cadika Pancasona masih beroperasi.
“Alhamdulillah, giling lancar, dan rendemen tebu masih tergolong bagus,” tambah Direktur Operasional (Dirops) PT GMM Bulog, Ihsan, Selasa (23/7/2019).
Menurutnya, fasilitas PG berkonsep sugar green industy memiliki kemampuan giling sampai 6.000 Tcd (6.000 ton) tebu perharinya, namun saat ini direalisasi sekitar 4.300 ton tebu perharinya.
Diakuinya, rendemen yang dihasilkan tahun ini pada angka 8,85 atau di bawah musim giling 2018 dengan rendemen 9,15 persen, sebagai rendemen tebu tertinggi dan terbaik di Indonesia.
“Rendeman musim giling 2019 menurun sedikit pada angka 8,85 persen, ini karena ada cuaca anomali yang berpengaruh pada kualitas tebu rakyat,” beber Ihsan.
Meski demikian, manajemen PT GMM memberi apresasi positif pada petani tebu Blora, dan daerah sekitarnya yang kini sudah semakin profesional dengan program tebu fotlot (tebu bersih).
Juga untuk produksinya, PG pelat merah itu tetap menjaga agar kualitas gula tetap putih dan bersih, antara lain dilakukan dengan program cleaning service terencana.
Suarabaru.id/Wahono