blank
Akibat sumur mengering, warga sangat bergantung dari bantuan air bersih.(Avian)

REMBANG -Kekeringan di wilayah Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, kini kian meluas. Awal musim kemarau (Juni 2019), hanya beberapa desa yang dilanda kekeringan. Namun terhitung Agustus ini hampir seluruh desa yang ada di 14 kecamatan yang ada di daerah itu mengalami kekeringan.

Dampak dari kekeringan itu, warga di sejumlah desa semakin kesulitan mendapatkan air bersih. Mereka terpaksa mengajukan permohonan bantuan air bersih melalui kepala desa masing-masing kepada Pemkab. Namun tidak seluruh permohonan bisa terealisasi, mengingat Pemkab lebih memprioritaskan daerah yang mudah dijangkau oleh mobil tangki air.

Bagi warga yang tidak mendapatkan bantuan air bersih, mereka terpaksa mencari sumur-sumur gali yang masih keluar airnya. Untuk keperluan tersebut tidak mudah. Selain harus menempuh perjalanan cukup jauh, jika sampai tujuan juga harus rela antre untuk bisa mendapatkan satu atau dua drigen isi 40 liter.

Air sebanyak itu, menurut Sumarni (37) asal Desa Seren (Sulang), hanya cukup untuk kebutuhan dapur. Sedang untuk mandi dan mencukupi kebutuhan minum ternaknya, warga harus datang ke sungai atau embung yang masih ada airnya.

Warga di desa-desa sebenarnya sudah banyak yang memiliki sumur gali atau sumur bor. Namun pada musim kemarau ini debit air dari sumur gali maupun sumur bor mulai mengecil, bahkan sudah banyak yang tidak keluar airnya.

“Bagi warga yang mampu seperti kebanyakan orang kota masih mudah mendapatkan air bersih, karena bisa membeli air. Tapi bagi kami orang desa harus rela memeras keringat demi mendapatkan setetes air,” kata Sumardi (36) asal Desa Kaliombo (Sulang).

Puluhan desa di wilayah kecamatan lainnya, seperti Kecamatan Kaliori, Sumber, Lasem, Sluke, Kragan, Sarang, Sedan, Pamotan, Pancur, Gunem, dan Rembang juga mengalami hal sama, yakni kekurangan air bersih.

Asisten II Sekda Rembang, Abdulah Zawawi membenarkan terjadinya bencana kekeringan di daerahnya. “Benar, sekarang ini kekeringan semakin meluas,” katanya.

Untuk meringankan beban warga, lanjut pejabat itu, paling sedikit empat mobil tangki air setiap harinya dikerahkan oleh Pemkab untuk melakukan droping air bersih ke desa-desa dilanda kekeringan. Meski demikian masih banyak desa yang belum kebagihan bantuan air bersih. Hal itu bisa terjadi, karena jumlah desa yang membutuhkan bantuan air cukup banyak, mungkin lebih dari 200 desa.

Abdulah Zawawi menambahkan, kekeringan di Rembang merupakan peristiwa tahunan. Artinya, setiap satu tahun sekali pasti terjadi bencana kekeringan yang berdampak pada kelangkaan air bersih

Oleh karena itu, pemkab terus berusaha menambah cadangan air permukaan. Caranya adalah dengan memperbanyak jumlah embung, karena embung memiliki fungsi untuk menampung air hujan.(suarabaru.id/Avian)