Remaja ASIA: Jiwa Muda, Kaya Karya
Oleh:
Awang Aryo Baskoro Hadiputro & Ira Alia Maerani
HARI ini, 1 Agustus, merupakan Hari Remaja ASIA. Beragam cara remaja ASIA mengekspresikan masa mudanya. Masa muda yang mereka yakini tidak akan kembali lagi. Namun tak banyak remaja yang mengekspresikan masa muda dengan hal-hal yang positif.
Seminar kenakalan remaja digelar dimana-mana. Penasaran mereka terhadap obat-obatan terlarang (drugs) perlu diedukasi dengan benar. Pendidikan seks sejak dini mewabah. Disinyalir karena tingginya angka kehamilan di luar nikah. Hingga remaja yang terlibat persoalan hukum dan menjadi terpidana.
Untuk itu, perguruan tinggi perlu “turun tangan” melakukan pengabdian masyarakat dengan memberikan penyuluhan hukum, pelatihan duta hukum, dan sosialisasi terhadap produk hukum terkait beserta penanggulangannya.
Di balik segelintir kisah remaja yang terjerumus dalam hal-hal negatif, namun terdapat beberapa remaja yang sadar betul akan perannya dalam keluarga. Terlebih jika berada dalam keterbatasan ekonomi. Mereka meluangkan kesempatan untuk mencari nafkah dan membiayai kuliahnya sendiri. “Hidup adalah perjuangan.”
Oleh karena itu masa muda merupakan masa yang tepat untuk berjuang dan mencoba banyak hal. Salah satunya menjadi wirausahawan muda. Kehadiran tren wirausaha muda di kala dunia sedang mengalami krisis global telah mampu menciptakan peluang bagi dirinya untuk memperoleh pendapatan tertentu dan dapat memberikan kesempatan kerja bagi orang lain.
Tak heran mengapa kalangan muda lebih giat menjadi wirausaha masa kini, disebabkan karena pola pikir mereka yang telah diubah dari hanya sekadar menjadi pegawai di suatu perusahaan menjadi seorang pebisnis muda yang semangat, energik, inovatif dan kreatif. Wirausaha muda biasanya memiliki ide-ide cemerlang dan berani mengambil risiko bisnis. Berawal dari usaha kecil-kecilan atau yang biasa disebut sampingan belaka hingga menjadi pebisnis profesional.
Beriman dan Berilmu
Ahmad (nama samaran) dengan amat menyesal tidak selalu hadir di sesi perkuliahan. Penulis selaku dosen “berkaca-kaca” mendengar kisahnya. Saat ditanya alasannya mengapa jarang hadir di perkuliahan. dia menuturkan harus menghidupi diri sendiri dan keluarganya. Ayahnya telah tiada. Ia anak pertama dari 4 bersaudara. Ibu dan adik-adiknya tinggal di Tegal. Untuk membiayai kuliahnya, ia berjualanThai Tea di perumahan Tlogosari.
Keyakinan Ahmad bahwa Allah SAW akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat dipegangnya teguh. Seraya mengutip sebuah ayat pendek di dalam Al Qur’an yakni surat Al Mujadilah Ayat 11.
Kejujuran dan Manajemen Waktu
Lain lagi kisah Awang Aryo Baskoro Hadiputro. Hobi di dunia photografi mengahantarkanya menjadi videographer. Awang menuturkan, “Begitu juga dengan saya, ketika membuat tulisan ini saya selaku penulis sedang menggeluti usaha di bidang videografi dan menjalankan usaha saya sembari kuliah di Universitas Islam Sultan Agung. Maka dari itu saya harus lebih pandai dalam membagi keduanya.”
Memanajemen waktu dengan baik antara pekerjaan dengan kuliah menjadi fokus perhatiannya. Meski terkadang sulit. “Sebagai contoh, dalam satu event, saya sebagai videographer wedding biasanya berangkat kerja pukul 05.30 WIB untuk shot make up serta persiapan acara dan pulang pukul 15.00 WIB ketika acara sudah selesai. Dimana dokumentasi harus sudah siap di lokasi sebelum acara dimulai dan baru bias pulang ketika acara sudah benar-benar selesai, setelah shot akan ada proses pengeditan yang kurang lebih memakan waktu 2-3 minggu untuk satuv ideonya. Maka dari itu kita harus pandai membagi waktu ketika memutuskan bekerja sambil kuliah.”
Awang melanjutkan, “Di samping pandai membagi waktu kita juga harus lebih pandai membagi pikiran. Pertama kita harus bisa memenuhi kewajiban kita sebagai mahasiswa. Kedua kita harus bisa memikirkan tentang usaha yang kita bangun. Mulai dari hal pokok seperti shot dan edit. Lalu ke hal sekunder yang tetap berperan penting dalam kemajuan usaha kita, seperti promosi, branding, pemasaran, dan banyak hal lagi agar jumlah klien kita bisa bertambah setiap harinya.”
Hal yang paling penting dari itu semua adalah kejujuran. Belajar dari Rosulullah Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan wirausahawan muda. Pedagang yang handal. Meski beliau mempunyai masa kecil yang pahit, yaitu dalam keadaan yatim piatu, namun pemuda kecil Muhammad mulai belajar mencari nafkah sendiri dengan menggembala kambing.
Pada usia 12 tahun, Nabi Muhammad diajak oleh pamannya berdagang ke Syiria yang berjarak ribuan kilometer dari Kota Makkah. Sepulang dari Syiria, Muhammad sangat sering mengadakan bisnis sampai beliau dikenal di daerahnya sebagai seorang pengusaha muda yang sukses.
Pendek kata, sebelum kenabian Rasulullah telah meletakkan prinsip-prinsip dasar dalam melakukan transaksi bisnis secara adil. Kejujuran dan keterbukaan Rasulullah dalam melakukan transaksi perdagangan merupakan teladan bagi seorang pengusaha generasi selanjutnya. Beliau selalu menepati janji dan mengantarkan barang dagangan dengan standar kualitas sesuai dengan permintaan pelanggan sehingga tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh atau bahkan kecewa. Reputasi sebagai pedagang yang benar-benar jujur telah tertanam dengan baik. Sejak muda, beliau selalu memperlihatkan rasa tanggung jawabnya terhadap setiap transaksi yang dilakukan.
Kepercayaan merupakan komponen utama dari sebuah keberhasilan bisnis, dan kepercayaan bisa timbul karena adanya kejujuran. Selain jujur, sifat-sifat yang sebaiknya dimiliki untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses, adalah sebagai berikut: tekun dan ulet; terbuka (transparan); belajar dari pengalaman; melihat sesuatu secara positif; memiliki rasa ingin tahu yang tinggi; percaya pada diri sendiri; independen dalam pertimbangan, pemikiran dan tindakan; memiliki rasa toleransi yang tinggi; mampu menerima perbedaan; mandiri dan berani mengambil resiko.
Selain itu, seorang wirausahawan harus membekali dirinya dengan hal-hal sebagai berikut: penguatan aqidah keimanan; rajin berdoa pada Allah; berikhtiar dengan melakukan yang terbaik; kepercayaan bahwa Allah telah mengatur rezeki; memiliki sikap mental yang positif; mampu berpikir kreatif; rajin mencoba hal – hal yang baru (inovatif); memiliki motivasi dan semangat juang yang tinggi; mampu berkomunikasi; memiliki kecerdasan emosional yang baik.
Agar usaha dapat bertahan di tengah ketatnya persaingan bisnis, sangat diperlukan inovasi dan kreativitas seorang wirausaha. Faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan inovatif seseorang wirausahawan adalah keinginan untuk berprestasi, pemasaran, risiko, pendidikan, dan pengalaman. Adanya inovasi yang berasal dari orang lain akan memicu seseorang untuk berusaha agar bisnisnya berhasil.
Wirausahawan dapat melakukan inovasi produk (misalnya, desain/bentuk, corak/warna, rasa, ukuran, manfaat, keunggulan, kemudahan penggunaan) maupun atribut usaha (misalnya, harga, distribusi, kemasan, merk, promosi, pelayanan, dan cara pembelian).
Di samping itu, agar kreativitas seorang wirausahawan dapat berkembang, maka hilangkan perasaan ragu-ragu dan berpikirlah secara positif dengan melihat dan mempertimbangkan segala kemungkinan yang menguntungkan dan menyenangkan terhadap setiap hal yang dilihat dan dihadapi.
Seseorang yang berpikir positif akan selalu berpikir bahwa segala sesuatu itu pasti ada gunanya sehingga cara berpikir ini mengarahkan orang untuk menjadi orang yang kreatif, dinamis, dan maju.
Elemen penting di atas, haruslah berjalan seimbang untuk mencapai keberhasilan. Tentunya yang diharapkan adalah keberhasilan di dunia dan akherat. Oleh karena itu, janganlah melupakan Allah di setiap aktivitas kita.
Maka dari itu saya menyimpulkan, membangun sebuah usaha sambil kuliah adalah hal yang berat jika kita punya mental yang lemah. Namun jika kita punya tekad yang kuat, konsisten dan tahan banting, saya yakin niscaya kita akan berhasil mencapai target yang kita impikan. Semangat ! (suarabaru.id/ Awang Aryo Baskoro Hadiputro, mahasiswa Fakultas Hukum UNISSULA & Dr. Ira Alia Maerani, S.H., M.H., dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang)