Budaya Akademik Islami di LingkunganUniversitas Islam
Oleh :
Dr. Didik Murwantono, M.Hum, Dr. Nuridin, M.Pd, Mubarok MSi
SEMARANG-Universitas Islam Sultan Agung Semarang merupakan salah satu universitas Islam yang memiliki tradisi yang unik dalam menanamkan nilai- nilai keislaman kepada seluruh citivitas akademikanya di lingkungan universitas.Tradisi tersebut seperti program BudAI (Budaya Akademik Islami) yang diperuntukkan bagi para dosen, karyawan dan mahasiswa sebagai bagian dari generasi khairaummah.
Program BudAI sudah terlaksana sejak masa kepemimpinan Rektordr. Rofiq Anwar tahun 2005. Kebijakan tradisi ini tetap dilaksanakan sampai saat ini dengan keyakinan bahwa tradisi ini sebenarnya sudah memberikan kelangsungan hidup universitas yang lebih baik terutama di masa mendatang. Selain memegah teguh tradisi, Unissula juga terbuka akan perubahan yang membawa kebaikan bersama baik universitas, umat maupun bangsa.
Sebenarnya pelaksanaan BudAI buka hanya dilihat dari lamanya program tersebut sudah dijalankan, namun hal yang terpenting adalah rasa keihkhalsan dari para pelaku dalam menjalani program BudAI tersebut. BudAi jangan dimaknai hanya sekedar dari pemaknaan bahasa (secara teks) sehingga yang muncul adalah semacam rutinitas tapi justru hal yang terpenting juga adalah sisi keilmuan (kontekstual). Begitu juga Al Qur’an yang menjadi petunjuk bagi kita sepertihalnya sebuah buku dimana Surah Al Fatihah sebagai Pendahuluan, surah – surah sesudahnya menja dibagian dari isi serta kesimpulan berupa surah-surah pendek yang tercermin dalam Juz 30 sebagai kesimpulan.
Dalam beberapa sifat Nabi Muhammad SAW dalam memberikan dakwah ajaran Islam diantaranya juga melalui suri tauladan beliau. Dari sini, kita bias menggunakan teori ‘Ideal Type’ dari Max Weber. Maka dari itu sejalan dengan renstra Universitas Islam Sultan Agung, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang menekankan pada pengembangan BudAI yang dibingkai dalam keberlangsungan, pengontrolan dan peningkatan.
Apalagi semangat jaman akan terus berganti sesuai dengan tuntutan jamannya. Dengan meminjam pemikiran dari seorang pemenang hadiah nobel Daniel Kahneman yang sangat popular melalui bukunya“Think Fast and Slow” (2011: 45) berpendapat bahwa cara satu-satunya mempelajari ‘kaitan’ adalah memberikan pertanyaan kebanyak orang.
Misalnya ‘Apa yang akan mucul di benakan dan ketika mendengar kata radikal’. Banyak diantara mereka yang peneliti catat jawabnnya adalah “kejam” “perang” “jihad” dan “rekayasa” (pendekatan wawancara). Apalagi kata ‘radikal’ menjadi ‘radikalisme’ banyak orang yang melengkapi potongan kata dengan “awasi”; “kawal”; “konspirasi”; “proyek” dan “tangkap”
Mak dari itu untuk bias memahami fenomena yang masih hangat dibicarakan ini, sebagai bagian dari konstribusi terhadap pembangunan umat maka Universitas Islam Sultan Agung Semarang merumuskan berbagai tema penelitian yang relevan dengan kondisi kebangsaan.Salah satu penelitian dosen Unissula yang relevan dengan tema tersebut didanai oleh Kemenristek dikti berjudul “Model Pengembangan‘Teaching Cultural Literacy of Moslem Family’ Dan Konten Media Masa Kontra Terorisme Di Era Globalisasi Untuk Pemberdayaan Umat Indonesia”.
Ketua Peneliti Dr. Didik Murwantono, M.Hum yang dibantu Dr. Nuridin, M.Pd dan Mubarok MSi sebagai anggota mengatakan bahwa penelitian ini termasuk dalam Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi yang bertujuan menemukan model pengembanganTeaching cultural literacy of Moslem family dan konten media masa kontra teroris memelalui ‘interdisciplinary approach’ dari budaya, pendidikan dan media.. Harapanya nilai-nilai Islam tidak hanya menjadi symbol dalam kehidupansehari-hari melainkan sudah melekat menjadi budaya yang terinternalisasi dalam diri seorang muslim.(suarabaru.id)