blank
Peserta "Peluncuran Program Kemitraan Menuju Cegah Stunting Melalui Edukasi Pola Hidup Bersih dan Sehat serta Gizi Seimbang", foto bersama usai acara di Aula Kantor Bappeda Wonosobo. (Foto: SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

WONOSOBO-Kepala Bappeda Wonosobo H Tarjo S Sos MSi mengatakan berdasar Riset Kesehatan Dasar (Riskedes) 2018, Propinsi Jawa Tengah merupakan daerah yang memiliki angka stunting (gizi buruk) yang lebih tinggi dari batas yang ditentukan WHO.

“Wonosobo termasuk daerah di Jawa Tengah yang ditetapkan sebagai 100 kabupaten/kota
yang menjadi prioritas nasional pencegahan stunting. Ada 10 desa yang tersebar di berbagai kecamatan di Wonosobo yang tingkat kasus stuntingnya tinggi,” katanya.

H Tarjo mengatakan hal itu, saat menghadiri “Peluncuran Program Kemitraan Menuju Cegah Stunting Melalui Edukasi Pola Hidup Bersih dan Sehat serta Gizi Seimbang, Senin (22/7), di Aula Kantor Bappeda Wonosobo.

Kegiatan tersebut dihadiri Tim Percepatan Penanganan Stunting di Wonosobo. Tim terdiri
30 OPD yakni di Puskesmas, camat, kepala desa, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Himpaudi, PC Muhammadiyah dan PCNU, LSM dan kalangan swasta.

Program “Kemitraan Menuju Cegah Stunting Melalui Edukasi PHBS dan Gizi Seimbang”, Bappeda menggandeng Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan(LPTP) yang merupakan mitra PT Tirta Investama Aqua Danone untuk memfasilitasi dialog antar OPD di Wonosobo.

“Dua desa yakni Desa Pagerejo Kecamatan Kertek dan Desa Pulosaren Kecamatan Kepil dijadikan pilot project/proyek percontohan kemitraan untuk penangangan kasus stunting. kedua desa tersebut merupakan bagian dari 10 desa prioritas stunting yang berada di Wonosobo,” ujarnya.

Dialog antar-pemangku kepentingan, baik yang berada di tingkat kabupaten maupun desa, diharapkan bisa menghasilkan kesepakatan bersama seluruh OPD, perangkat desa dan swasta akan menjadi sinergi antar-OPD untuk mencegah stunting di Wonosobo.

Gizi Buruk

Pihak swasta yang aktif berpartisipasi dalam program ini adalah PT Tirta Investama, yang merupakan kelompok usaha Danone Indonesia di Wonosobo. Selama ini produsen air mineral dalam kemasan tersebut aktif melakukan pendampingan PHBS dan lingkungan.

Stunting adalah kasus gizi buruk yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak. Indikatornya tinggi dan berat badan anak yang tidak normal sesuai usia.

Kemitraan yang dibentuk di Wonosobo, menurut Tarjo, bertujuan meningkatkan kapasitas desa dan masyarakat dalam mencegah dan menurunkan kejadian stunting dengan cara memahami, mengenali dan menentukan strategi yang tepat sasaran.

“Inisiatif mencegah stunting dilakukan dengan peningkatan kesadaran dan praktik perilaku hidup bersih sehat, makan makanan beragam, bergizi seimbang dan aman serta peningkatan pola asuh,” sebutnya.

Selain itu, tambah dia,  peningkatan keterampilan pengasuhan sebelum maupun pasca kehamilan, ASI eksklusif maupun memantau pertumbuhan anak selama 1.000 hari pertama kehidupannya. Jika program ini berhasil bisa mencegah kasus stunting di Wonosobo.

Agenda utama kegiatan tersebut adalah memaparkan beberapa temuan dari hasil penilaian cepat (rapid assesment) yang telah dilakukan oleh LPTP. Kemudian mensinkronkan perencanaan dan strategi percepatan penanganan stunting dari berbagai pihak.

“Pemkab Wonosobo ingin membangun kolaborasi dengan semua pihak. Setiap pihak yang hadir memiliki peran penting, termasuk komitmen pihak swasta seperti PT Tirta Investama untuk ikut aktif dalam penanganan stunting,” tegasnya.

Sementara itu, Senior Health Nutrition Manager Danone Indonesia, Wailayati Ningsih mengapreasiasi Pemkab Wonosobo yang punya inisiatif mencegah untuk mencegah kasus stunting di wilayahnya.

”Sebelum Wonosobo, Danone Indonesia juga telah mendorong kemitraan yang sama di Medan beberapa waktu lalu. Kami yakin jika upaya ini dikerjakan dengan komitmen bersama maka harapan Wonosobo untuk bebas stunting akan terwujud,” jelasnya.

Peluncuran ini menandai dimulainya kegiatan di Desa Pulosaren dan Pagerejo. Kegiatannya mencakup penyusunan data base desa, workshop, promosi dan pengembangan instrumen koleksi data yang memadukan variabel indikator di lapangan.

SuaraBaru.id/Muharno Zarka