SEMARANG – Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Online untuk SMA dimulai hari ini, Senin (1/7). Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pun turun langsung ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng untuk melihat langsung para orangtua siswa yang kebingungan.
Seperti ketika menemui Harina, salah satu orang tua siswa warga Krobokan, Semarang Barat mendatangi Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng karena kebingungan. Kedua anaknya tidak bisa masuk ke SMA Negeri 6.
Menurut Harina, setelah mendaftarkan PPDB Online anaknya pada Senin (1/7) pagi. Dirinya kembali mengecek pada siang hari. Tetapi, nama kedua anaknya, sudah tidak masuk daftar siswa di SMA 6.
“Ketika saya cek, pergeseran siswa yang diterima cepat sekali berubah. Nama anak saya, Rafa dan Ryo sudah tidak ada. Saya kebingungan. Akhirnya datang ke kantor dinas untuk minta kejelasan,” katanya.
Keluhan Harina pun langsung diatasi oleh Ganjar Pranowo, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Jumeri dan tim PPDB Online. Oleh Ganjar, Harina pun mendapatkan penjelasan jika zonasi tergeser, ada solusi lain untuk mengejar celah, misalnya dengan jalur prestasi. Kalau tidak diterima di jalur itu, SMA swasta menjadi solusi.
Karena diakui, untuk nilai UN anak pertamanya, Rafa lebih rendah ketimbang anak keduanya, Ryo. Ryo lebih memiliki kesempatan untuk bisa dialihkan ke sekolah lain. Sementara, untuk Rafa, Ganjar menyarankan untuk ke sekolah swasta.
“Hari ini bisa menjadi acuan agar orangtua segera membuat keputusan. Memilih sekolah favorit memang harapan, tetapi sistem zonasi ini Pak Ganjar sudah memberikan solusi dengan jalur lain, memberi peluang dan potensi yang bisa kami lakukan,” tandasnya.
Tak hanya Harina, orang tua dari Hayuning Najwa warga Palebon, Pedurungan juga mengeluh kepada Ganjar. Dengan nilai UN di atas 30, ia khawatir tidak bisa masuk ke SMA Negeri 2. Karena akan tergeser.
Ganjar pun menanggapinya dengan gurauan agar orangtua siswa itu tidak emosi dan kebingungan. Ganjar juga menceritakan, jika dahulu ada salah satu siswa dari Jawa Tengah sekolah di SMA swasta, sekarang menjadi gubernur.
Bahkan, Ganjar juga menyebutkan, di kecamatan siswa tersebut saat itu belum ada SMA. Ia pun sekolah di luar kecamatan dan hari ini siswa itu menjadi gubernur.
“Mengeluh itu boleh, tugas kami itu kan memahamkan. Tetapi, ada yang dipahamkan malah bingung. Salah satunya, tadi minta dialihkan ke sekolah lain, tetapi dicabut lagi,” ujarnya.
Orang nomor satu di Jateng itu pun meminta kepada para admin PPDB Online ketika menerima keluhan, langsung membuat simulasi. Jika tidak masuk zonasi ada pilihan lain, jalur prestasi dalam zonasi, atau prestasi di luar zonasi. Ketika semua tidak masuk, bisa ke swasta.
“Semuanya tidak ada yang tidak bisa. Mungkin urutan ini yang belum bisa terbaca masyarakat. Lakukan pola simulasi, cara melayaninya ditanya, nomermu piro, nilainya berapa. Inilah kelebihan PPDB sistem zonasi di Jateng seperti ini,” tandasnya.
Usai menyelesaikan kebingungan orangtua siswa, Ganjar pun menemui Kepala SMA Negeri 5 Semarang Titi Priyatiningsih. Ganjar juga berpesan, agar admin sekolah membuat simulasi ketika ada orangtua kebingungan. (suarabaru.id)