MAGELANG- Ada tradisi unik yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Sekaran, Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang dalam memeriahkan Hari Raya Idul Fitri. Yakni tradisi gerebeg ketupat.
Namun, ribuan ketupat yang disusun menjadi sebuah gunungan tersebut bukan ketupat yang berisi beras lalu dimasak, melainkan selongsong ketupat yang terbuat dari daun janur (daun muda buah kelapa) yang berisikan uang.
Sedangkan uang yang dimasukkan ke dalam selongsong
ketupat tersebut sangat bervariasi nominalnya, yakni mulai dari uang logam pecahan Rp 500 hingga uang kertas senilai Rp 50.000. Selain itu, ada juga yang mengisi ketupat tersebut dengan aneka kupon yang dapat ditukarkan dengan barang atau makanan yang telah ditentukan dan
disediakan oleh masyarakat setempat, seperti makan gratis bakso atau mi ayam.
“Gerebeg Ketupat ini merupakan wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah yang dilimpahkan setelah menjalankan ibadah puasa satu bulan lamanya dan memasuki bulan Syawal,” kata Taryadi, Takmir Masjid Al-Falah Dusun Sekaran.
Taryadi mengatakan, isi selongsong ketupat yang berupa uang dan aneka macam doorprize tersebut merupakan sumbangan dari masyarakat setempat yang berkeinginan kegiatan tersebut semakin meriah.
Ia menambahkan, gunungan ketupat tersebut sebelum diperebutkan oleh masyarakat setempat, terlebih dulu diarak keliling kampung setempat dari halaman Masjid Al Falah menuju dusun tetangga yakni Dusun Seneng . Selain itu, rombongan pembawa gunungan ketupat yang juga diiringi dengan berbagai kesenian tradisional tersebut juga melintasi Kompleks Perumahan Akmil Panca Arga yang masih masuk dalam u wilayah Desa Banyurojo.
Kemudian, rombongan tersebut kembali ke halaman Masjid Al Falah dan selanjutnya gunungan tersebut diperebutkan oleh masyarakat umum.
“Kegiatan ini sudah berjalan dua tahun dan pada tahun ini mengambil tema ‘Peran Pemuda Dalam Penguatan Karakter Islami’, dan bertujuan untuk bersolawat dan menjaga tali silaturahmi sesama warga masyarakat Dusun Sekaran dan sekitarnya,” ujarnya.
Kegiatan tersebut tidak hanya berhenti pada gerebeg ketupat saja, melainkan pada malam harinya digelar pertunjukan irama qasidah, gebyar hadroh.
“Selain itu juga dilakukan acara kembul bujana (makan bersama) dan ditutup dengan pengajian yang disampaikan oleh penceramah KH Suyanto dari Yogyakarta,” katanya.
Suarabaru.id/ yon