blank
Muhammad Eko Budi Santoso, ketua KONI Wonogiri

WONOGIRI-Perobohan tugu simbol perguruan pencak silat di wilayah Wonogiri, mengundang simpati Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Wonogiri.  Mohammad Eko Budi Santoso. Sebab keberadaan tugu-tugu tersebut  dapat memicu permasalahan antar perguruan pencak silat.

‘’Di Wonogiri, banyak atlet-atlet pencak silat yang berprestasi baik di tingkat lokal, regional dan nasional, jadi sayang kalau prestasi tersebut dinodai oleh hal-hal yang tidak prinsip,’’ kata Eko yang juga merupakan  pengurus IPSI dan tokoh olahraga pencak silat, Minggu (2/6).

Menurut Eko, perguruan pencak silat, semestinya lebih mengutamakan persaudaraan dan prestasi olahraga. ‘’Kami bangga dengan perguruan-perguruan pencak silat di Wonogiri yang telah melahirkan atlet-atlet berprestasi ,’’ papar Eko.

Menurut catatannya, dalam beberapa tahun belakangan ini, banyak atlet pencak silat yang telah mengharumkan nama Wonogiri. ‘’Pada tahun 2017 salah satu pelajar dari Wonogiri berhasil meraih juara I pada Kejuaraan pencak silat tingkat nasional. Di tahun yangnsama, atlet pencak silat putri berhasil meraih medali emas pada ajang OOSN di Medan.  Untuk yang juara-juara tingkat regional dan lokas cukup banyak juga,’’ papar Eko, yang juga pelatih pencak silat Anak Naga Wonogiri.

Terpisah, Kapolres Wonogiri AKBP Uri Nartanti Istiwidayati, saat ditemui Sabtu malam di pendopo rumah dinas bupati, menjelaskan bahwa pihaknya telah memfasilitasi pertemuan para pengurus perguruan pencak silat di Wonogiri.

Dalam pertemuan tersebut telah disepakati untuk merobohkan tugu-tugu simbol perguruan yang mereka dirikan. Hal tersebut dilakukan karena keberadaan tugu justru dapat memicu permasalahan antar perguruan pencak silat.

‘’Berdasar hasil pendataan, di Wonogiri ada 108 tugu, terdiri dari 22 tugu yang dibangun persaudaraan setia hati Winongo (PSHW)  dan 86 tugu yang dibangun persaudaraan setia hati Teratai (PSHT). Setelah kesepakatan, ada 42 tugu yang sudah dirobohkan. Tugu PSHT sebanyak 24 dan tugu milik PSHW ada 15 tugu dan tugu  IKSW kera sakti ada tiga buah,’’ kata Kapolres.

Perobohan tugu-tugu tersebut dimaksudkan agar peristiwa yang terjadi pada tanggal 8 Mei lalu tidak terulang. Terlebih saat itu membawa korban salah sasaran yang dialami Kasat Reskrim AKP Aditya Mulya Ramadhani. Sampai sekarang Aditya masih belum sadarkan diri dan menjalani perawatan di rumah sakit di Singapura.

suarabaru.id/edi