Peran Generasi Milenial dalam Perkembangan Industri 4.0
Oleh : Erna Faradila
Ekonomi global saat ini pun sedang berada pada puncak perubahan besar yang sebanding dengan munculnya Revolusi Industri Pertama, Kedua, dan Ketiga. Dan sekarang di Indonesia memasuki satu tahapan revolusi industri yang dinamakan Revolusi Industri 4.0.Revolusi industri 4.0 terjadi setelah ditemukannya superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik, dan perkembangan neuroteknologi (Schwab, dalam Hassim, 2016).
Revoluasi Industri 4.0 ditandai dengan bersatunya beberapa teknologi, sehingga bisa melihat dan merasakan suatu era baru yang terdiri atas tiga bidang ilmu yang independen, yaitu fisika, digital, dan biologi.Berbagai teknologi yang menjadi tanda dimulainya revolusi industri 4.0, sudah mulai diterapkan di berbagai lini. Salah satunya artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang semakin berkembang saat ini. Bukan hanya untuk industri, AI juga dikembangkan untuk mempermudah kehidupan manusia di aspek lainnya
Dengan komposisi yang demikian, maka Revolusi Industri 4.0 mempunyai potensi memberdayakan individu dan masyarakat, karena revolusi industri fase ini dapat menciptakan peluang baru bagi ekonomi, sosial, maupun pengembangan diri pribadi. Revolusi industri gelombang keempat ini tetap bertopang pada Revolusi Industri Ketiga. Revolusi industri 4.0 merupakan babak baru dunia khususnya manusia untuk selangkah lebih maju menatap peradaban dunia.
Presiden Joko Widodo juga pernah mengungkapkan bahwa pemerintah telah mengelompokkan lima industri utama yang disiapkan untuk Revolusi Industri 4.0. “Lima industri yang jadi fokus implementasi Industri 4.0 di Indonesia yaitu industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia,”. Menurut Presiden, kelima industri tersebut ditetapkan menjadi tulang punggung guna meningkatkan daya saing. Lima sektor tersebut juga dinilai Presiden akan menyumbang penciptaan lapangan kerja lebih banyak serta investasi baru berbasis teknologi.
Sedangkan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto sudah mengemukakan keyakinannya bahwa Indonesia berpeluang besar menjadi pemain kunci di Asia dalam implementasi Industri 4.0. Ada dua potensi nyata yang melandasi keyakinan itu, yakni pasar yang besar dan ketrampilan.Dua potensi ini mampu mendukung pengembangan era digital.
Belakangan ini, banyak teknologi fisik dan digital yang digabungkan melalui analitik, kecerdasan buatan, teknologi kognitif, dan Internet of Things (IoT) untuk menciptakan perusahaan digital yang saling terkait dan mampu menghasilkan keputusan yang lebih tepat.Singkatnya, revolusi ini menanamkan teknologi yang cerdas dan terhubung tidak hanya di dalam perusahaan, tetapi juga kehidupan sehari-hari kita.
Masuknya era revolusi industri 4.0 menjadi momen penting bagi Indonesia dalam memacu kompetensi sumber daya manusia (SDM).Disini peran generasi millenial memiliki peran penting dalam perkembangan industri 4.0 karena generasi milenial adalah salah satu SDM terkuat di Indonesia, yang mampu membuat perubahan revolusi industri 4.0. Generasi yang lahir pada medio 1980-1999 ini harus bersiap dengan kondisi tersebut karena masa depan industri dan manufaktur Indonesia berada di tangan mereka. Tak hanya pintar dan menguasai teori, mereka harus memiliki kemampuan belajar (learning ability) tinggi untuk mengikuti perubahan yang berlangsung cepat.
Dalam hal ini, lembaga pendidikanlah yang memegang peran penting untuk membuat generasi milenial memiliki kemampuan belajar yang tinggi. Ini berarti lembaga pedidikan harus bisa mengasah kemampuan belajar mahasiswanya agar mampu mengikuti perubahan yang terjadi dengan cepat.
Dengan demikian mereka mampu menjawab tantangan yang datang bersama industri 4.0. Untuk itu diperlukan upaya pengembangan transformasi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja saat ini.Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, Industri 4.0 mendorong pemerintah melakukan empowering human talents untuk memperkuat generasi muda kita dengan teknologi dan inovasi.
Generasi milenial sangat berperan penting dalam menerapkan industri 4.0. Guna menyiapkan generasi milenial Indonesia yang mampu menghadapi era Industri 4.0, dan saat ini pun Pemerintah Indonesia sudah mulai mengarahkan untuk kompetensi peningkatan keahlian tenaga kerja melalui program pendidikan vokasi link and match. Artinya, pendidikan dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan relevansi sekolah kejuruan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha, dan dunia industri.
Berdasarkan tahun lahirnya generasi milenial saat ini berkisar pada umur 36 tahun hingga 18 tahun yang artinya sebagian besar mereka telah bekerja dan sebagian kecil masih menempuh pendidikan tinggi. Dalam road map Making Indonesia 4.0 salah satu strategi pemerintah adalah dengan pengembangan sumber daya manusia maka pengembangan sumber daya tersebut harus ada keterkaitan yang kuat antara kurikulum pendidikan tinggi maupun vokasi dengan kebutuhan keterampilan pada era industri 4.0 sehingga dapat meminimalisir Missmatch antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Universitas sebagai kelembagaan dalam sistem pendidikan tentu harus menjawab kebutuhan mahasiswa atas tantangan industri 4.0 kebutuhan tersebut dapat direpresentasikan oleh kebutuhan hardskill dan softskill.
Bagi perusahaan yang bekerja sama dengan perguruan tinggi dalampendidikan vokasi, pemerintah sedang menyiapkan insentif berupa superdeductible tax (yang diakui oleh kantor pajak untuk mengurangi penghasilan bruto).
Pada kesempatan yang sama, Menperin mengaku siap melibatkan kalangan pesantren agar siap menyongsong era revolusi industri 4.0. Program yang digulirkan itu dinamakan Santripreneur. Upaya yang dilakukan nantinya, yakni para santri di seluruh Indonesia akan dilibatkan dalam pelatihan industri berbasis ekonomi digital. Program Santripreneur ini, diproyeksikan bisa mendorong Industri Kecil Menengah (IKM) di dalam negeri.
Sektor IKM ini dominan dalam populasi industri di Indonesia, mengingat IKM sangat mendorong visi pemerintah menciptakan pemerataan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, kemperin gencar mendorong para pelaku IKM untuk lebih meningkatkan produktivitas dan menembus pasar ekspor dengan memfasilitasi beberapa inkubator untuk menumbuhkan para pelaku industri kreatif. Fasilitas tersebut berupa membuat program e-smart IKM yang menjadi platform e-commerce untuk membangun sistem databse IKM yang terintergrasi melalui beberapa marketplace tersebut seperti bukalapak, Tokopedia, Shopee, Blibli, dan Go-Jek Indonesia. Dan Saat ini, sudah ada sebanyak 4.925 pelaku IKM yang turut menjual produknya lewat digital platform tersebut.(suarabaru.id/ Erna Faradila Mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang)
buy priligy usa New TRT patients need to be cautioned, and reminded, to abstain from sexual relations prior to the draw, as they may now be enjoying greatly elevated amounts of same