BLORA – Revitalisasi (penataan) rumah masa kecil Pramoedya Ananta Toer (Pram) di Blora segera terwujud. Revitalisasi rumah sastrawan besar itu dilakukan oleh negara melalui Kementrian Pendidikan Kebudayaan RI.
Program penataan rumah masa kecil Pram, dibuktikan dengan hadirnya Direktur Jenderal Sejarah Kementrian Pendidikan Kebudayaan, Triana Wulandari, di rumah Pramoedya Ananta Toer, Kelurahan Jetis, Kecamatan Kota Blora.
“Program revitaliasi rumah Pram dilaksanakan pada Oktober 2018, ini bukti kepedulain negara pada sastrawan besar,” jelas Triana di acara Indonesiana, Cerita dari Blora, Kamis (13/9).
Menurutnya, revitalisasi rumah masa kecil Pram tidak merubah bentuk aslinya, hanya terdapat beberapa pembenahan, dengan penambahan bangunan pendapa di halaman depan.
Bangunan pendapa, nanti bisa digunakan untuk ruang belajar bagi mereka yang berkunjung ke rumah bersejarah bidang sastra yang karyanya moncer di banyak negara.
Triana menambahkan, anggaran revitalisasi pembenahan rumah masa kecil Pram di alokasikan dari anggaran pendapatan, dan belanja negara (APBN) 2018.
Dibangun Pendapa
Revitalisasi itu perlu dilakukan, semata-mata sebagai bentuk kepedulian negara terhadap sastrawan yang namanya telah mendunia itu, terlahir di rumah yang akan dibenahi oleh negara (Kemendikbud) tersebut.
“Dari rumah ini, karya-karya hebat telah dilahirkan, lantas negara peduli dan menghargainya,” paparnya.
Menurut Triana, setelah nanti direvitalisasi akan tampak rapi dan bersih, sehingga bisa menarik minat lebih banyak pengunjung dari berbagai penjuru.
Selain itu, lanjutnya, anak-anak, pelajar, mahasiswa, generasi muda di Blora dan diseantero negeri ini bisa meneruskan cita-cita Pram yang sebenarnya sangat jujur serta berani dalam berkarya sastra.
Wakil Bupati Blora H. Arief Rohman mengatakan, tidak hanya revitalisasi rumah, dan penambahan pendapa. Namun, kedepan akan ada pembangunan mess bagi tamu yang akan bermalam di Blora.
“Ada beberapa program tambahan, nanti diperbaiki sambil jalan agar menjadi lebih baik,” katanya.
Selain itu Wabup beharap, adanya event Indonesiana bisa menjadi langkah awal untuk memoles Blora sebagai kota sastra. Event ini recana juga akan dilakukan sebagai event tahunan.
“Tentu tahun depan akan terus dilanjutkan, caranya selama tiga tahun ini didampingi Kemendikbud untuk menyelenggaraanya,” beberanya.
Soesilo Toer, adik Pram, mengaku tidak mempermasalahkan rencana revitalisasi rumah. Hanya saja dia meminta aset dari rumah kecil Pram ini tidak dimiliki oleh Negara.
“Ya mangga saja, tapi aset ini jangan diambil negara, lebih baik atas nama Toer, orang tua kami,” ungkapnya.(suarabaru.id/wahono)