SEMARANG-Cabai sangat diminati oleh masyarakat Indonesia, terutama digunakan untuk bumbu masak dapur. Khususnya pada perayaan hari besar, volume konsumsi cabai akan mengalami peningkatan yang signifikan. Hal tersebut mempengaruhi harga cabai yang akan melonjak tinggi, tidak seperti biasanya. Oleh sebab itu, masyarakat mulai tertarik untuk memulai menanam cabai, baik untuk konsumsi sendiri maupun untuk dijual. Cabai memang menjadi bagian penting sebagai bumbu masakan. Seperti ada yang kurang, bahkan tidak lengkap, ketika tak ada rasa pedas dalam masakan.
Bagi warga yang tinggal di perkotaan, untuk melakukan aktivitas bercocok tanam sangatlah susah, karena terkendala oleh sempitnya lahan, sedangkan mereka hanya memahami pola bercocok tanam sederhana dengan menggunakan media tanah. Oleh karena itu, warga di perkotaan perlu dikenalkan dengan teknik penanaman baru bernama hidroponik.
Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah sebagai pertumbuhan tanamannya, dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman tersebut. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya tanaman dengan menggunakan tanah. Dengan metode ini kita bisa mempermudah dan mengendalikan pencahayaan dan hama.
Budidaya tanaman dengan cara hidroponik sangat ramah lingkungan, karena tidak memerlukan petisida dari kimia, tidak terlalu banyak air seperti bercocok tanam dengan media tanah, tidak memerlukan penyiraman pada tanamannya, hal itu menjadikan sayuran yang diproduksi menjadi lebih sehat dan aman, meskipun tidak memerlukan tanah sebagai medianya, Metode ini tentunya tidak hanya memerlukan air, tetapi memerlukan zat sebagai pendukung untuk pertumbuhan tanaman tersebut.
Tim Pengabdian Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) diberikan kesempatan dengan hibah dari Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi untuk melakukan Pengabdian Masyarakat bagi Ibu-ibu PKK RT.01 dan RT.03 RW.15 Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang dengan tema “Penanaman Cabai Menggunakan Teknik Hidroponik”. Proses budidaya dimulai dengan melakukan sosialisasi kepada ibu-ibu PKK di masing-masing RT. Setelah itu, warga diajak untuk melakukan praktek dengan menanam langsung cabai menggunakan metode hidroponik.
Teknik hidroponik yang digunakan untuk menanam cabai adalah dengan menggunakan metode wick system, DFT (Deep Flow Technique), dan Sistem Irigasi terbuka. Pertama, warga menanam dengan metode sumbu (wick system). Ini merupakan metode yang paling mudah. Sebelum menanam warga diajarkan untuk membuat larutan nutrisi sebagai makanan tanaman.
Metode yang kedua adalah DFT (Deep Flow Technique). DFT merupakan metode dalam sistem hidroponik yang menerapkan teknik sirkular. Pada metode ini warga harus menyiapkan instalasi berupa media tanam, pipa, wadah nutrisi, dan pompa air untuk nutrisi. Yang ketiga menggunakan metode sistem irigasi terbuka. Langkah pertama pada sistem ini adalah menyiapkan wadah untuk akar-akar tanaman yang tumbuh. Lalu wadah atau kontainer untuk menahan larutan nutrisi untuk tumbuhan, selanjutnya dibutuhkan selang dan beberapa pipa untuk menjalankan air dari pompa di dalam wadah ke tanaman (dan atau tetesan-tetesan jika Anda menggunakan ukuran-ukuran yang berbeda).
Program penanaman cabai ini diharapkan akan mampu mengatasi masalah warga kota yang kesulitan menanam karena keterbatasan lahan, dan warga kota diharapkan mampu menghadapi fluktuasi harga cabai. Dan, pada saat harga cabai melambung di pasaran, maka warga tidak perlu cemas karena tinggal memetik cabai dari kebun RT masing-masing.(suarabaru.id/Halima Sulistyo, staf pengajar Universitas PGIR Semarang)