SEMARANG (SUARABARU.ID)– Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, Tapak Suci serta Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kota Semarang, belum lama ini menggelar pelantikan anggota baru, yang dilakukan di Aula Rumah Dinas Walikota Semarang.
Dalam acara itu dilantik sejumlah 43 orang dari Pemuda Muhammadiyah, 30 orang dari Nasyiatul ‘Aisyiyah, 47 orang dari Tapak Suci, serta 23 orang dari Ikatan Pelajar Muhamamdiyah. Para anggota baru itu dilantik Ketua Wilayah Jateng dari masing–masing organisasi otonom (ortom).
BACA JUGA : Refleksi 9 Tahun Sigit Widyonindito Memimpin Kota Magelang
Masing–masing Ketua Pimpinan Daerah Kota Semarang terpilih yang dilantik itu, di antaranya Suharno dari Pemuda Muhammadiyah, Ranum Ester Perdani (Nasyiatul ‘Aisyiyah), Dedy Achyadi (Tapak Suci), serta Yasinta Tiara Azzahra (Ikatan Pelajar Muhammadiyah).
”Spirit Muhammadiyah itu senantiasa mengilhami setiap organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah. Demikian pula baik di Pemuda Muhammadiyah, Nasiatul ‘Aisiyah, Tapak Suci dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Pemuda Muhammadiyah lahir untuk membangun generasi yang tangguh untuk masa mendatang,” kata Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kota Semarang Periode 2020–2024, Suharno, dalam keterangannya pada saat upacara pelatikan.
Berkesinambungan
Menurut dia, sebagai salah satu organisasi tertua di lingkungan Muhammadiyah, yang lahir pada 2 Mei 1932, Pemuda muhammadiyah bersama dengan ortom yang lain, hadir sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah.
”Pemuda Muhammadiyah Kota Semarang bersama ortom yang lain, akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mewujudkan masyarakat Islam yang diidealkan Muhammadiyah. Bagi Muhammadiyah, masyarakat Islam itu adalah sebuah corak keberislaman yang “wasatiyah” (tengahan-red), dengan format kebudayaan dan peradaban yang berkesinambungan,” jelas dia lagi.
”Saya mengharapkan seluruh elemen yang berkiprah di Pemuda Muhammadiyah ini menjalankan peran-perannya dengan maksimal. Mari kita bergerak bersama, berjamaah agar lebih solid. Meminjam istilah Cak Nanto, ‘kalau bisa maju bersama, mengapa harus sendirian’.” tandas dia.
Riyan-Muha