blank
Ilustraqsi semangka bonyok wajah bonyk. Foto: Reka: SB.ID

 

blankDENGAN apa kehidupan (manusia) ini dapat diumpamakan? Manusia itu, terutama perilakunya, adalah seumpama buah semangka: keras kulitnya, namun manis berair isinya.

Meski begitu  kerasnya kulit  tidak serta-merta dapat melindungi isinya, sebab sekali saja semangka itu bonyok, sekecil apa pun; ia akan bosok meski mungkin perlahan-lahan; dan pada gilirannya setelah bonyok dan bosok, akan bubruklah dia. Itulah manusia.

Sehebat apa pun dirimu, -maksudnya pernah hebat-, jika pada suatu saat Anda seperti semangka  pernah/terkena bonyok, lambat laun akan bosoklah dirimu, dan pada gilirannya bubruk.

Baca juga Delul

Hukum alam tidak mungkin tertolakkan oleh siapa pun. Karena itu memang ajakan dan ajaran moralnya, ialah berusahalah jangan pernah terkena bonyok. Ingat, bagaikan semangka, kemungkinan terkena bonyok itu kapan saja tak tersangka-sangka dan bisa terjadi.

Bonyok, njur bosok

Kulit keras tidak menjamin tidak terkena bonyok. Itu untuk semangka; sedang untuk manusia, pangkat tinggi jabatan tinggi pun, tidak sertamerta menjamin dirimu terbebas dari terkena bonyok. Kesenggol kaki kursi saja, kulit semangka keras itu mungkin saja tergores; dan ketika tergores itulah awal dari bonyok.

Belum lagi kalau cucu lari-lari seraya membawa pedang-pedangan dan semangka itu dipedangnya; nahhhhh bonyok. Intinya, seribu satu jalaran, penyebab,  dapat menyebabkan bonyok, pun dapat terjadi pada diri kita manusia ini.