blank
Ilustrasi. Foto: reka SB.ID

blank

DI kalangan santri istilah wirid bukan sesuatu yang asing. Menurut pengertian umum wirid atau wiridan itu bacaan yang biasanya dilakukan sesudah salat. Dan itu bisa berupa ayat-ayat tertentu dari Alquran atau dari zikir ma’tsur.

Wirid dari madli wa-ro-da mempunyai makna beragam, sesuai  konteksnya. Ada yang mengatikan: air mengalir dari sumbernya dan belum sampai muara, pasukan tentara yang berbaris, kumpulan burung-burung unta atau hewan yang hidup berkelompok yang datang dari satu arah menuju arah lain.

Bahkan ada yang mengartikan: demam, sebagaian dari malam, dan bagian dari Alquran. Kecenderungan kita mengistilahkan adalah apa yang kita baca sesudah salat dengan wirid atau wiridan dan dari pengartiannya yang disebut bagian dari Alquran. Alawrood bentuk jamak dari alwird yang berarti sebagian dari Alquran.

Arti dari wirid, kebanyakan dari kita adalah merangkum ayat-ayat tertentu dari Alquran menjadi susunan yang tidak beraturan yang selalu dibaca pada waktu tertentu.

Atau membaca satu ayat panjang yang pada sebagiannya disisipkan doa hingga seolah yang kita baca itu ayat panjang. Atau merangkai beberapa ayat atau surat yang tidak berurutan.

Wirid adalah pembacaan sebagian dari Alquran, misalnya sepersepuluhnya, seperlimanya atau berapa saja dikehendaki. Wirid itu lafal-lafal, bisa berupa zikir atau ayat Alquran, misalnya ayat Kursy yang selalu dibaca rutin pada waktu tertentu, agar mendapat perlindungan dari Allah dari apa yang tidak kita inginkan menimpa dirinya.

Biasanya dilakukan setelah mendapat ijazah (perkenan, pembolehan) dari Guru. Letak kekuatan wirid terletak pada kerutinan mengamalkannya. Ibarat, jika dalam sekali wirid itu menghimpun setitik keberkahan, jika itu dilakukan secara rutin, setiap hari, bulan, tahun dan windu, maka cadangan energi yang dihimpun itu menjadi tabungan bagi diri dan lingkungannya.