blank
Patrick Kluivert. Foto: dok/instagram

Oleh: Amir Machmud NS

blankDI manakah titik risiko pertaruhan PSSI, ketika memutuskan memberhentikan Shin Tae-yong dan menggantikannya dengan pelatih baru tim nasional, Patrick Kluivert?

Titik itu akan mudah terlihat, seperti apa nantinya performa timnas dalam empat sisa laga Grup C Pra-Piala Dunia. Berikutnya, bagaimana prospek Indonesia di peringkat FIFA.

Risiko itu bakal terjawab: apakah capaian STY bisa dipertahankan, bahkan diperbarui, atau malah merosot ke kondisi sebaliknya.

Keputusan PSSI untuk menyudahi kontrak STY tentu telah matang dipertimbangkan. Walaupun dengan narasi yang tidak verbal, alasan pemecatan telah disampaikan oleh Ketua Umum PSSI Erick Thohir, 6 Januari lalu.

Intinya, ada evaluasi menyeluruh tentang kepemimpinan, komunikasi, dan isu strategi. Masalah itulah yang ingin diperbaiki dengan keputusan mendatangkan pelatih baru.

Artinya, Ketua Umum PSSI telah mengambil sikap, apa pun risikonya. Pada sisi lain, kita melihatnya sebagai spekulasi, yang bisa disimak dari pembandingan kompetensi di antara kedua pelatih, antara yang pergi dan yang datang.

Rekam jejak sang pengganti mudah ditelusur oleh netizen, termasuk di wilayah personal. Ada jejak digital yang memaparkan keterbelitan Kluivert dengan kasus-kasus tertentu. Lalu dalam wilayah sepak bola, bisa disimak jejak reputasi di empat kesempatan menjadi pelatih, baik di level klub maupun timnas.

Aroma spekulasi akan selalu muncul dalam pergantian pelatih di mana pun, baik tim nasional maupun klub. Ya, siapa yang bisa menjamin pelatih baru pasti mampu memperbaiki keadaan dan performa? Respons positif dan pesimistis merupakan faktor alamiah yang mengikuti.

Kalkulasi inilah yang diperhitungkan sebagai faktor risiko untuk memilih: mengganti sebagai respons sikap, atau membiarkan keadaan; karena akan sama-sama memuat kemungkinan atau efek.

Gambaran Target
Publik yang terbelah antara mendukung dan menyayangkan keputusan PSSI akan menunggu gambaran target, karena pada 2025 ini timnas dihadapkan pada kesibukan untuk sejumlah event.

Ada dua gambatan besar. Pertama, yang menjadi fokus utama adalah perjuangan di sisa empat pertandingan Grup C babak ketiga Pra-Piala Dunia.

Jay Idzes dkk berada di peringkat ketiga, di bawah Jepang dan Australia; di atas Bahrain, Arab Saudi, dan Cina. Posisi itu memberi harapan bisa lolos langsung ke Piala Dunia 2026 sebagai runner up grup. Setidak-tidaknya lolos ke putaran keempat apabila menempati ranking ketiga atau keempat.

Sampai ke babak ketiga kualifikasi Zona Asia merupakan “karya” Shin Tae-yong. Maka Patrick Kluivert bertugas mengamankan posisi tersebut sebagai pembuktian untuk memenuhi target PSSI.

Akan tergantung bagaimana dia memaksimalkan potensi tim untuk meracik taktik menghadapi sisa empat laga tersebut.

Kedua, mempertahankan capaian peringkat FIFA. Dari posisi 174 menjadi 124 selama lima tahun menjadi salah satu prestasi menonjol STY. Inilah yang bakal membayangi pekerjaan pelatih baru nanti, karena diukur dari hasil setiap laga timnas, termasuk FIFA matchday.

Gaya dan Sayap
Gaya bermain timnas, walaupun diperkirakan tetap memobilisasi para pemain diaspora, diperkirakan berubah dari gaya pada era STY.

Kluivert punya filosofi dan skema sendiri, yang pasti tidak sama dengan pendekatan taktik STY.

Saya melihat, yang menonjol selama lima tahun ini, STY menekankan penguatan fisik dan disiplin kerancakan dalam transisi bermain, dari menyerang ke bertahan, dan sebaliknya.

STY menyukai para pemain memanfaatkan lebar lapangan dengan menyisir sayap, dimulai dari penggawa barisan belakang. Bagaimana dia memaksimalkan Asnawi Mangkualam, Pratama Arhan, Calvin Verdonk, Shayne Pattinama, Kevin Dicks, atau Yacob Sayuri menjadi gambaran taktik STY dalam mengeksploitasi sayap. Aksen gaya juga tampak dari bola-bola cut back dari pergerakan Witan Sulaeman, yang diantisipasi oleh rekannya.

Ya, kita akan melihat seperti apa nanti gaya bermain yang dituangkan oleh pelatih baru.

Yang jelas, dengan arus kuat “kawalan” publik yang masih “menyayangkan” pemberhentian STY — apa pun alasan yang sudah disampaikan PSSI, — Patrick Kluivert akan bekerja di bawah bayang-bayang pendahulunya.

Dan, ini merupakan risiko suksesi yang tak mungkin terhindarkan.

Amir Machmud NS; wartawan Suarabaru.Id dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah —