WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Terjadi lagi kecelakaan lalu lintas di ruas jalan Tanggulangin yang dikenal angker. Kejadiannya berlangsung Rabu sore (8/1/25), sebuah mobil Suzuki Carry, menabrak pohon jenis Sonokeling turus jalan atau pohon peneduh tepi jalan.
Kecelakaan tunggal di Kilometer (KM) 35 jalur antarprovinsi Wonogiri (Jateng)-Ponorogo (Jatim) ini, menjadi yang keempat kalinya dalam sepekan terakhir ini, atau menjadi yang kedelapankalinya dalam kurun waktu sebulan belakangan ini. Kecelakaan tunggal Kamis sore (9/1/25), menyebabkan sopirnya mengalami luka-luka. Bagian depan mobil ringsek parah dan di stang stir berlepotan darah pengemudi.
”Tanggulangin lagi, Tanggulangin lagi, ini jalan memang angker,” ujar sejumlah warga masyarakat di Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. Istilah angker, merujuk pada sesuatu yang tampak seram dan menyeramkan, yang dianggap memiliki kaitan dengan hal-hal yang bersifat gaib.
Terkait kesan angker, langsung mendapatkan beragam tanggapan dari nitizen di Media Sosial (Medsos). Kalau kemarin-kemarin, pemicunya disebutkan karena alasan jalan aspalan hotmix yang halus dan licin oleh hujan. Tapi kali ini, tidak ada hujan namun tetap saja terjadi kecelakaan.
Warga masyarakat menyatakan, telah terjadi hal-hal yang di luar nalar atau logika. Itu terjadi, karena sopir tiba-tiba mengalami kesulitan mengarahkan kemudinya. Stang stirnya mendadak seakan-akan menjadi terkunci, sulit digerakkan sehingga menabrak pohon.
Sebagaimana pernah diberitakan, Kapolres Wonogiri AKBP Jarot Sungkowo bersama Kasat Lantas AKP Subroto dan Kasi Humas Polres AKP Anom Prabowo, telah menetapkan ruas Jalan Tanggulangin sebagai area black spot. Yakni lokasi rawan karena sering terjadi kecelakaan.
Jalur Tengkorak
Terlepas kesan angker yang berkembang hangat di masyarakat, Polres Wonogiri, telah memasang rambu lalu lintas tambahan di area jalur tengkorak tersebut, yang berpotensi sering terjadi kecelakaan. Yakni rambu peringatan agar pengemudi berhati-hati, untuk mengurangi kecepatan karena jalan licin.
Demi Keamanan Keselamatan Ketertiban Kelancaran Lalu Lintas (Kamseltibcarlantas), warga mendesak Dinas Perhubungan (Dishub) perlu menguji ulang tentang kelaikan Jalan di Tanggulangin. Kepala Dishub Kabupaten Wonogiri, Waluyo, menyatakan, telah mengkoordinasikannya ke Dishub Provinsi Jateng di Semarang. Sebab Tanggulangin masuk ruas jalan provinsi, yang kewenangan regulasinya bukan berada di tingkat kabupaten.
Seniman dalang Ki Eko Sunarsono, menyatakan, wacana ritual ruwatan sebagai ikhtiar cara Kejawen guna membebaskan aura negatif di Tanggulangin, menjadi tenggelam karena tidak ada komunitas yang peduli memprakarsainya.
Berbeda dengan ruwatan untuk membebaskan aura negatif di jalur Krisak-Jendi, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Di era Tahun 1990-an, berulang kali terjadi kecelakaan dengan korban selalu meninggal. Saat itu, komunitas Bolo Roda Terminal Krisak, tampil memprakarsai ruwatan dengan menghadirkan Empu Dalang Ki Miyono. Pasca-ruwatan sampai sekarang, tidak pernah lagi terjadi kecelakaan.
Budayawan Jawa penerima anugerah Bintang Budaya, Kanjeng Raden Arya (KRA) Drs Pranoto Adiningrat MM. Pranoto, yang Abdi Dalem Keraton Surakarta, memberikan pemahaman bahwa ritual ruwatan menjadi ikhtiar cara Kejawen untuk memohon keselamatan kepada Tuhan.(Bambang Pur)