blank
Alex Cheung, saat berbagi ilmu menulis buku kepada mahasiswa sejarah Universitas Negeri Semarang, 2 Desember 2024. Foto: Hadepe

SEMARANG  (SUARABARU.ID) – Penulis buku sekaligus peneliti sejarah Tionghoa Alex Cheung, dari Jakarta berbagi ilmu menulis buku kepada mahasiswa sejarah Universitas Negeri Semarang.

Seminar ini merupakan rangkaian kegiatan gelar karya mahasiswa S2 Kajian Sejarah Unnes, yang dilaksanakan dua hari, Minggu dan Senin, 1-2 Desember 2024, di Gedung C6 Fisip Unnes. Acara ini juga disiarkan secara virtual kepada mahasiswa.

Kepala Prodi Magister Kajian Sejarah Fisip Unnes Mukhamad Shokheh, S.Pd., MA, Ph.D memberikan apresiasi kepada Himpunan Mahasiswa S2 Kajian Sejarah Fisip Unnes, yang telah menyelenggarakan pelatihan menulis buku ini.

Tentu saja ini akan membantu siswa meningkatkan skill atau ketrampilan menulis dengan bekal sejarah yang mereka miliki.

“Selain jurnal, mahasiswa juga bisa membuat sebuah buku sejarah yang dapat dinikmati masyarakat luas,” ungkap Shokheh.

Alex Cheung, menyampaikan peluang menulis buku sejarah masih terbuka lebar. Sehingga para mahasiswa sejarah ini, diharapkan bisa mengaplikasikan ilmunya dalam sebuah buku.

Dikatakan, menulis buku bagikan mengukir sebuah jejak. Paling penting adalah melakukan riset (penelitian). Untuk melihat latar belakang peristiwa yang ingin dituliskan.

“Riset ini adalah sesuatu yang wajib dilakukan bagi penulis buku sejarah,” kata dia.

Sebelum menulis buku, penulis harus memutuskan dulu apakah karyanya nanti berupa sebuah novel, sejarah, atau fiksi. Kemudian menentukan ruang lingkupnya untuk memberikan batasan.  “Karya kita nanti ada kemiripan dengan karya ilmiah,” katanya.

Dengan menulis buku, mahasiswa akan memiliki jejaring. Termasuk tokoh-tokoh yang berkompeten dan kita pilih untuk memberikan pengantarnya atas karya yang dibuat.

“Ini akan menjadi dukungan buat karya kita. Bahwa para ahli berkenan memberi kalimat pengantarnya,” kata dia.

Bagi penulis buku, butuh kesabaran agar karyanya ini bisa diterbitkan menjadi sebuah buku. Alex mencontohkan butuh bertahun-tahun bagi Peter Carey, seorang sejarawan yang meneliti tentang perjalanan Pangeran Diponegoro. Hingga akhirnya berhasil diterbitkan menjadi buku yang best seller.

Alex Cheung, merupakan penulis buku yang sebagian besar fokus pada bidang budaya dan kemasyarakatan etnis Tionghoa di Indonesia. Saat ini menempuh pendidikan S2 Kajian Sejarah Unnes.

Beberapa buku karyanya yaitu, Melacak Jejak Kungfu Tradisional di Indonesia di tahun 2016. Buku ini ditulis bersama Charly Huang dan Erwin Tan. Buku ini merupakan hasil penelitian dan wawancara selama 4 tahun.

Karya selanjutnya yaitu, 7 Kali Gagal 8 Kali Bangkit, di tahun 2013. Silsilah Keluarga Karet Lineaga Thio Tjoei Seng, tahun 2018 dan Silsilah Keluarga Senen Lineage Liem Tjin Hay di tahun 2018.

Hadepe