blank
Ilustrasi. Reka: wied SB.ID

JC Tukiman Tarunasayogablank

TULISAN tentang  “Ason-ason” yang pernah tayang di platform ini,  ternyata semakin banyak dipakai dalam pembicaraan sehari-hari sekarang ini. Senang rasanya hati ini dapat berkontribusi “mengganti” kata  buzzer ke ason-ason.  Seraya bernyanyi -di sini senang, di sana senang-   tetiba saya  terusik oleh ulah  kucing (liar) yang buang hajat suka-suka.

Baunya minta ampun, dan sekali dia sukses berhajat di situ, besok pagi ia akan  mengulanginya. Banyak orang gregeten dan kesulitan mengusir kucing liar seperti itu. Di sisi lain,  meski tahi kucing seperti itu, banyak lho orang yang -entah mengapa- beranggapan (bahkan menikmati) tahi kucing berasa coklat, atau setidak-tidaknya jenang dodol.

Kucing

Tidak ada orang tidak mengenal kucing, bahkan yang namanya nasi kucing, sega kucing,  dewasa ini dicari-cari sebagai menu santap pagi, siang dan malam. Saat ini, mengonsumsi nasi kucing tidak mengenal waktu, padahal awal kemunculannya, nasi kucing tampil di malam hari di  gerobag-gerobag bertenda bernama Hik. Sejumlah rumah makan pun saat ini menyajikan nasi kucing juga, khas dibungkus daun pisang berbalut kertas koran.

Baca juga Kuwalat

Di seputar tahun 2010-an (semoga tidak salah) terkenal ada lagu dang-dut berkisah tentang Kucing Garong  mengisahkan orang rakus yang ngembat apa dan siapa pun. Rupanya, kucing garong ini tidak jauh berbeda dengan yang disebut kuwuk, kucing alas(an), kucing liar bertubuh lebih besar, hitam lagi, dan memang tampak lebih sangar. Maka menakutkan, termasuk menakutkan bagi  sesama kucing, apalagi  kucing rumahan. Hiiihhhhhh takut.

Berkaitan dengan kuwuk ini, ada unen-unen:  ditemu kuwuk. Bayangkan saja, ada tikus atau hewan kecil lainnya tiba-tiba saja  bertemu  kuwuk. Pasti kaget, takut, dan seribu satu perasaan lain. Nah…………kata ditemu kuwuk melukiskan tiba-tiba saja, -tanpa berjanji untuk bertemu- , si Jony yang sedang berhadapan dengan masalah hukum, bertemu si Polan makelar kasus. Langsung saja Polan ngomong: “Serahkan saya, beres!!” Tanpa ba……bi…….bu………Jony ikuti saja Polan. Terperangkaplah Jony.

Ngucing

Apa itu ngucing? Pasti kata ngucing  ini ada maknanya seperti kucing. Pertanyaannya, dalam hal apa seseorang berulah seperti kucing, ngucing? Maaf seribu maaf terutama kepada para penyayang kucing; uraian berikut ini tidak bermaksud merendahkan martabat kucing, nggih.

Ngucing bermakna (1) duwe melik banget, dan (2) pengin banget marang ……….. Seseorang yang sedang ngebet pengin “Mbok Randha Dhadhapan,” wah dia klinteran terus di dekat rumah mbok randha itu. Dia pengin banget, dia ngebet banget; maka segala upaya dilakukan. Itulah ngucing.

Orang yang pengin banget dapat jabatan, ngucing dia, tidak segan-segannya mendekati orang/pihak yang dapat mengantarkannya ke sana. Persis seperti kucing itu, kalau harus berlama-lama berada di bawah meja, atau bersembunyi di balik kardus, kucing itu akan melakukannya.

Mengapa? Karena ia menunggu saat sepi, dan bila tiba saat itu,  kucing  akan segera loncat ke atas meja untuk mengambil ikan goreng yang sejak tadi diinginkannya. Pengin banget, ngebet banget. Banyak kah orang yang ngucing? Wahhhhhhhhh buuanyyakkkkkk banget. Ngantreeee……

Baca juga Tuwa kang Tuwakup, Dudu Tuwilun

Ngucing juga berarti ana daging mbrenjul ing lengen amarga diantem utawa ketatap; tiba-tiba di lengan ini muncul benjolan daging (sebesar kelereng) karena seseorang baru saja memukulnya atau karena terantuk pada tembok atau barang lain. Gejala tiba-tiba munculnya daging seperti itu disebut ngucing. Namun sebentar lagi akan hilang, apalagi kalau segera dikucing, yaitu dipijat-pijat agak keras.

Tinggallah kita memilih. Mau milih nasi kucing? Silahkan cari sebentar, pasti segera menemukan. Enakkk tuh. Mau menjadi kucing garong?  Gampang, berwajah sangar saja, lalu mulai ngembat sana, ngembat sini; jadilah kucing garong. Atau mau ngucing? Harus ngantre dan tahan uji untuk mengendap-endap, bersembunyi di bawah meja atau di balik kardus; baru saat sepi .. clingkrik munggah meja. Bereslah, jabatan diperoleh. Gampang ta ngucing itu?

JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University