JEPARA (SUARABARU.ID0 – Pemerintah Kabupaten Jepara melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) serius menggarap branding kota, Jepara The Word Carving Center. Bahkan Sabtu 26 Oktober 2024 telah diselenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Penyelesaian Masalah dan Hambatan yang Dihadapi Pelaku Usaha Kabupaten Jepara dengan tema “Perkuatan City Branding sebagai Solusi Pemasaran Bersama Kluster Industri Berbasis UMKM di Hotel Julia Bandengan.
Diskusi yang dibuka oleh Kepala DPMPTSP Eriza Rudy Yulianto menghadirkan narasumber Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Jepara Hery Yulianto, Konsorsium Jepara Gerak Kimpling Sukarsa, serta Akademisi Unisnu Jepara Achmad Zainudin. Sedangkan peserta FGD adalah sejumlah asosiasi pengusaha yang bergerak dibidang furniture, Kepala SMKN 2 Jepara, Yayasan Pelestari Ukir Jepara, dan sejumlah asosisasi UMKM Jepara.
Menurut Eriza Rudy Yulianto seni dan industri ukir telah lama menjadi keunggulan komperatif dan kompetitif Jepara. “ Potensi ini tidak bisa disaingi oleh daerah lain jika kita rawat dengan baik,” ujarnya.
Karena itu menurut Eriza, Jepara harus terus memanfatkan momentum untuk membangkitkan kembali dan memperkuat city branding Jepara The Word Carving Center dengan memperkuat UMKM “FGD ini dimaksudkan untuk menampung sumbangan pemikiran positif dari peserta agar perkuatan citra kota dapat dilakukan bersama-sama,” ujarnya. Termasuk memetakan dan menghadapi ancaman-ancaman yang mungkin timbul, tambahnya
Sementara Asisten dan Pembangunan Sekda Jepara Hery Yulianto dalam paparannya mengakui, terkait dengan banyaknya perusahaan yang melakukan investasi di Jepara, Pemkab sering kali di bully karena dipersepsikan membuat sektor ukir semakin ditinggalkan warga.
“Kami juga mendapatkan banyak sekali masukan dari kalangan dunia usaha agar PMA yang bergerak disektor industri ukir hanya masuk pada kegiatan perdagangan, bukan produksi hingga dapat menjadi produksi lokal. Karena itu kami sudah melakukan konsultasi ke pemerintah pusat untuk melindungi usaha lokal,” ujar Hery Yulianto. Sampai Agustus ini di Jepara tercatat perusahaan PMA 185 usaha, PMDN 4598 dan swasta 1482 unit usaha, tambahnya
Sedangkan Kimpling Sukarsa dari Konsorsium Jepara Gerak mengungkapkan dukungannya terhadap perkuatan branding kota. Ia opitmis hal tersebut dapat terwujud jika seluruh elemen yang ada di Jepara bergerak bersama dan meninggalkan egoisme sektoral.
Menurut Kimpling, sebagai salah satu strategi dalam penguatan branding kota telah dilakukan Jepara Internasional Furniture Buyers Weeks. “Pada tanggal 03 – 15 Maret 2025 kita akan menggelar JIF BW untuk yang ke tiga,” ujarnya
“Harapan kami even tersebut mendapatkan dukungan masyarakat Jepara dan dapat menjadi daya ungkit gerak laju ekonomi dimana sektor ukir mampu menjadi leading sektor. Karena itu melalui pameran internasional ini kami ingin menampilkan produk lokal Jepara,” terangnya
Sementara Achmad Zainudin menjelaskan, city branding adalah strategi untuk membangun image dan reputasi Jepara dengan mempromosikan nilai- nilai dan keunikan yang dimiliki sejak masa Ratu shima dan Lestari sampai sekarang, untuk menguatkan perlu ada sinergi semua stakeholder.
Menurut Achmad Zainudin, adirnya JIFBW 2024 dan gagasan untuk menyelenggarakan Hari Kayu Dunia di Jepara menjadi momentum kejayaan Jepara. “Mari kita wujudkan Jepara: the world carving center sebagai model keberlanjutan, di mana setiap bagian dari kayu bercerita tentang tanggung jawab terhadap lingkungan yang memberikan penghidupan dan kebanggaan budaya Jepara. Diperlukan aturan hukum untuk memayungi slogan :Jepara the world carving center dan roadmap yang menjadi panduan menuju kesejahtraan bersama,” ujar Achmad Zainudin yang tengah menyelesaikan program doktoral di ITB Bandung.
Dalam FGD ini mengemuka dukungan dari peserta terkait dengan penguatan branding kota Jepara the Word Carving Center. Salah satu hal penting yang diusulkan adalah menyusun Peta Jalan Pelestarian Ukir dan sekaligus penguatan banding kota, Jepara the Word Carving Center. Disamping itu juga diperlukan kebersamaan seluruh warga untuk bergerak bersama dan berkolaborasi serta konsistensi terhadap regulasi yang telah ditetapkan.
Hadepe