blank
Ketua Panitia Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat Jawa Tengah, Shintya, M.S.

JEPARA (SUARABARU.ID) – Saat ini  bahasa daerah, termasuk bahasa  Jawa termasuk dalam kondisi rentan karena ada penurunan pemakaian, terutama oleh generasi muda. Banyak keluarga muda yang tidak lagi membiasakan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari.

Selain di lingkungan keluarga, bahasa Jawa juga mulai ditinggalkan di sekolah dan lingkungan pergaulan lainnya. Kondisi ini menyebabkan penurunan pemakaian bahasa Jawa secara signifikan. Bahkan di tingkat Nasional telah ada  sekitar 7 bahasa daerah yang telah punah dari 718 bahasa daerah.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Panitia  Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat Jawa Tengah, Shintya, M.S. dalam wawancara khusus dengan SUARABARU.ID di tengah-tengah kesibukannya di Hotel Ono Joglo Bandengan, Kamis, 17 Oktober 2024.

Karena itu Shintya mengajak Ibu rumah tangga untuk mulai bersama-sama kembali menggunakan  bahasa daerah sebagai bahasa  sehari-hari di rumah tangga. “Kita tidak dapat hanya menyerahkan pelestarian bahasa daerah kepada lembaga pendidikan yang waktunya sangat terbatas. Orang tua, utamanya Ibu harus ambil bagian dan menjadi basis gerakan,” pinta Shintya yang juga menjabat sebagai Koordinator Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah.

Ia menjelaskan, tekanan terhadap pelestarian bahasa daerah saat ini samakin kuat, salah satunya karena kemajuan teknologi dan juga kemajuan jaman. “ Banyak  orang yang kemudian merasa rendah diri dan minder menggunakan bahasa daerah  dalam berkomunikasi. Takut disebut terbelakang atau ndeso,” ujar Shintya. Padahal dengan menggunakan bahasa daerah kita melakukan ikhtiar melestarikan budaya bangsa.

Harapan kami, keluarga dan masyarakat bersama-sama peduli terhadap pelestarian bahasa daerah, dengan mengajarkan dalam percakapan sehari-hari sejak kecil. “Peran Ibu sebagai pengasuh utama anak sangat penting. Karena itu kita  upaya pelestarian ini diberi nama Festival Tunas Bahasa Ibu,” terangnya.

Melalui Festival Tunas Bahasa Ibu  Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah ingin menjangkau generasi muda, terutama siswa SD dan SMP. “FTBI merupakan media apresiasi kepada para peserta Revitalisasi Bahasa Daerah. Selain berkompetisi, harapannya anak-anak juga dapat bersosialisasi, bersilaturahmi, bergembira, dan berbangga menggunakan bahasa daerahnya,” ujarnya.

Ini menurut Sintya sejalan dengan trigatra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, yaitu utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing. “Dalam hal ini, bahasa Jawa menjadi bagian penting dari pembinaan dan pengembangan yang dilakukan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah,” tuturnya.

Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten /Kota yang telah melakukan kolaborasi dalam melestarikan bahasa Jawa. Juga para guru. “Di Jawa Tengah berdasarkan dialektologi terdapat 5 besar dialeg bahasa Jawa yaitu  Tegalan, Banyumasan, Surakarta, Wonosobo dab Pekalongan. Disamping itu juga terdapat dialek lokal di masing-masing daerah. Ini juga merupakan kekayaan  bahasa daerah Jawa Tengah yang harus dilestarikan dan bahkan dikembangkan,” tuturnya.

Hadepe