MAGELANG (SUARABARU.ID) –
Siswa-siswi jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) se-Kota Magelang mengikuti kegiatan literasi digital mengambil tema “Etika Pelajar di Dunia Digital”. Acara yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Magelang, Jawa Tengah, berlangsung di GOR Samapta Kota Magelang, diikuti 7.000 siswa-siswi SMP, Kamis(5/9).

Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) melaporkan, jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2023 mencapai 215,62 juta atau tumbuh 2,38 persen (sekitar 5 juta pengguna) dibandingkan dengan 2022. Dalam laporan survei APJII yang terbaru, juga diketahui bahwa pengguna internet di Pulau Jawa makin dominan dengan kontribusi mencapai 58,51 persen dari total keseluruhan pengguna internet di Tanah Air.

Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan, Perwakilan dari Direktur Pemberdayaan Informatika, Kemenkominfo RI, Bambang Tri Santoso mengutarakan, literasi digital adalah program nasional yang sudah berjalan sejak lama. Tahun 2024 adalah tahun terakhir program tersebut berjalan. Sasarannya 50 juta orang, baik dari sektor pendidikan maupun pemerintahan, termasuk di dalamnya TNI/POLRI dan masyarakat umum.

“Mengapa literasi digital itu penting, karena pembangunan infrastruktur internet kecepatan tinggi sudah dibangun. Yang terpenting adalah edukasi penggunaan internet secara cerdas, baik, kreatif dan produktif,” terang Bambang

Kegiatan nobar berkonsep Festival tersebut, digelar guna mengedukasi para siswa-siswi SMP se-Kota Magelang, agar mengerti akan etika berkomunikasi di media sosial. Sesuai perkembangan media sosial yang bisa membawa beberapa risiko di antaranya kekerasan di dunia medsos, seperti cyberbullying, online sexual harassment, serta kemungkinan pelanggaran keamanan data yang berpengaruh pada privasi.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang Imam Baihaqi mengatakan, agar sekolah-sekolah bisa menggunakan perangkat digitalnya sesuai dengan fungsi yang tepat dalam bermedia sosial. Supaya sopan dalam berkomentar dan bernarasi, agar tidak melanggar aturan, dan menimbulkan stigma negatif dalam bermedia sosial.

“Saya berharap dengan adanya literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, yang mengusung tema Etika Pelajar di Dunia Digital dapat memilah informasi yang baik dan benar. Perkembangan teknologi tidak lepas dari komunikasi melalui media sosial, oleh karena itu para siswa harus memahami informasi dari sumbernya, dan tidak terpancing oleh hoax.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mencatat, terdapat 12.547 konten hoaks yang beredar di website dan platform digital sepanjang Agustus 2018 sampai Desember 2023. Konten tersebut diidentifikasi, diverifikasi, dan divalidasi oleh Tim AIS Ditjen Aplikasi Informatika.

Ketua Prodi Magister Ilmu Ekonomi FEB Universitas Trisakti Jakarta, Dr Rinaldi Rustam ME mengatakan, kemampuan dalam mengakses, mengelola informasi dan data harus selalu diperhatikan. Hal tersebut, dilakukan supaya kita terhindar dari bahaya hoax, yang bisa merugikan diri kita sendiri.

“Literasi digital merupakan bekal, ketika para siswa berhadapan dengan ruang dunia maya. Karena tidak dipungkiri, bahwa perkembangan teknologi dan informasi juga memberikan pengaruh terhadap pola pikir dan perilaku. Dunia digital sangat luas dan bebas untuk berekspresi, pengguna Medsos paling banyak di dominasi oleh kalangan pelajar. Medsos sebagai sarana, untuk mencari informasi, dan berinteraksi dengan komunitas atau sebagai sarana kegiatan belajar mengajar. Etika dalam bermedsos harus mereka pahami, para pelajar harus mengerti tentang budaya bermedia sosial”, ungkap Rinaldi.

Menurut hasil penelitian Center For Digital Society (CfDS) per Agustus 2021 bertajuk Teenager-Related Cyberbullying Case in Indonesia yang dilakukan kepada siswa SMA usia 13-18 dari 34 Provinsi di Indonesia. Hasil penelitian terkait cyberbullying tersebut menyebutkan sebanyak 1.895 siswa (45,35%) mengaku pernah menjadi korban, sementara 1.182 siswa (38,41%) lainnya menjadi pelaku. Rata-rata para siswa tersebut mudah terhasut oleh konten-konten negatif, yang sangat kurangnya para siswa dalam mendapatkan edukasi tentang etika bermedia sosial.

Seperti yang dikatakan oleh Krisna Aditya dari Social Media Strategist Tular Nalar, edukasi digital saat ini harus mengerti tentang Prinsip THINK (True, Helpful, Illegal, Necessary and Kind) dalam beretika Etika Digital. Karena prinsip tersebut merupakan salah satu pegangan penting bagi para siswa SMA untuk lebih berhati-hati, dan memiliki etika saat menggunakan media sosial.

“Para siswa harus dibekali dengan edukasi yang bisa memilah dan memahami setiap konten-konten yang terkirim melalui media sosial. Yang menjadi kekhawatiran saat ini adalah, akun di medsos yang dinilai provokatif. Apabila mendapatkan konten dari media sosial, yang dinilai mencurigakan dan dianggap sebagai provokasi, kita harus mencari sumber berita yang jelas, supaya kita tidak dirugikan dengan adanya konten negatif tersebut,” ujar krisna

Acara Festival Literasi Digital 2024 yang berlangsung di GOR Samapta Kota Magelang, juga menyuguhkan beberapa pentas seni yang sebagian besar pesertanya merupakan para siswa SMP se-Kota Magelang. Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama siberkreasi memberikan edukasi kepada masyarakat, tentang pentingnya, edukasi menggunakan internet, dan ini merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD).