Duet Nanik dan Endang, bakul buah semangka dan ayam bakar Pasar Kota Wonogiri ini, tampil lemah gemulai menarikan Tari Gambyong Pareanom, untuk memeriahkan pembukaan Parade Kemerdekaan yang digelar oleh para pedagang.(Dok.Ist)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Tari tradisional Gambyong Pareanom, Sabtu (24/8/24), ditampilkan untuk membuka Parade Kemerdekaan yang dilakukan para bakul (pedagang) Pasar Kota Wonogiri. Dibawakan oleh duet penari perempuan, Nanik dan Endang, pedagang buah semangka dan ayam bakar.

Kepala (Lurah) Pasar Kota Wonogiri, Yato Baloeng, menyatakan, Parade Kemerdekaan digelar para bakul, dalam ikut serta memperingati HUT Ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) Tahun 2024. Ikut hadir dalam acara yang digelar di lantai bawah Pasar Kota Wonogiri ini, Plt Sekda Wonogiri Fx Pranata dan Kepala Dinas Koperasi Perdagangan dan UMKM Kabupaten Wonogiri, Wahyu Widayati.

Kata Yato Baloeng, ini menjadi kelanjutan agenda penyambutan Hari Merdeka oleh para pedagang. Sebelumnya, para bakul menggelar kenduri selamatan dan mengadakan upacara disertai menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Juga penghormatan bendera Merah Putih, pada peringatan detik-detik Proklamasi Tanggal 17 Agustus 2024.

Kemeriahan para bakul dalam menggelar acara Tujuhbelasan, juga dirangkai dengan olahraga gerak jalan sehat bersama dan senam kebugaran jasmani. ”Hari Minggu Tanggal 25 Agustus 2024 besok, akan digelar lomba menyanyi karaoke antarbakul,” jelas Yato Baloeng. Lokasi lomba menyanyi karaoke di panggung Parade Kemerdekaan di kompleks taman pasar.

Gegap gempitanya para bakul Pasar Kota Wonogiri ini, menjadi cerminan sikap dan semangat nasionalisme, dalam ikut memeriahkan peringatan Hari Merdeka Bangsa Indonesia. Eksistensi mereka, tidak kalah dengan elemen masyarakat lain dalam memperingati HUT Ke-79 Kemerdekaan Indonesia.

Ladrang Pangkur

Terkait dengan serangkaian agenda tersebut, duet penari Gambyong Pareanom Nanik dan Endang, tampil menari dengan iringan Ladrang Pangkur Mari Kangen Laras Pelog Pathet Lima. Pola tariannya didominasi oleh gerakan lemah gemulai, yang lembut dan elegan.

Tarian Gambyong Pareanom memiliki nilai budaya yang sangat penting bagi masyarakat Jawa. Sebagai hiburan dan menjadi tradisi penghormatan terhadap leluhur. Sering dipentaskan pada berbagai acara hajatan. Juga untuk pembuka acara resmi, dan penyambutan selamat datang atas kehadiran para tamu.

Dalam Serat Centhini, Kitab yang ditulis pada masa pemerintahan Pakubuwana IV (1788-1820) dan Pakubuwana V (1820-1823), disebutkan, Gambyong awalnya adalah tarian tledhek yang diciptakan oleh Mas Ajeng Gambyong, yakni seorang Waranggana Tledhek yang mahir menari.

Tarian rakyat ini, kemudian diangkat ke dalam istana untuk tari selamat datang penyambutan tamu agung keraton. Gambyong kemudian digarap oleh KRMT. Wreksadiningrat, untuk ditampilkan di kalangan bangsawan dan priyayi. Pada masa Mangkunegaran VIII, Nyi Bei Mintoraras, menciptakan Tari Gambyong versi baku atau resmi, yang dikenal dengan Gambyong Pareanom.(Bambang Pur)