MAGELANG (SUARABARU.ID) – Seperti tahun-tahun sebelumnya, Dompet Dhuafa dalam momen Iduladha 1445 H melaksanakan Tebar Hewan Kurban (THK) di pelosok wilayah.
Selain faktor Kurban 3 Pasti (Pasti Jantan, Pasti Lolos Quality Control dan Pasti Sampai ke Pelosok Negeri), selalu ada banyak kisah manusia didalamnya. Penyaluran kurban di Jawa Tengah kali ini memiliki ragam kisah yang menjadi percikan semangat berbagi.
Muryanto (60), warga Dusun Kepatran, Desa Banjarsari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang mengaku sangat bersyukur mendapat titipan kurban 112 kambing dan penyembelihannya di dusun ia tinggal.
“Semoga kurban ini adalah doa kami yang dijawab Allah 100 kali lipat. Tahun ini dapat titipan kurban 112 kambing dan penyembelihannya di dusun kami. Ya Allah, kalau begini kami jadi bisa ikut bantu membagikan untuk dusun-dusun lain, satu desa kebagian,” ucapnya, belum lama ini.
“Tahun lalu hanya ada kurban satu kambing. Itu kami bagikan secukupnya untuk satu RT saja. Namun kami tetap bersyukur dan berdoa semoga ada kurban lagi kedepannya,” ungkap Muryanto.
Ungkapan Muryanto menjadi percikan semangat bagi tim Dompet Dhuafa. Sebelumnya, mereka per-keluarga mendapat tidak sampai satu kilogram daging kurban. Kini saat dititipkan amanah kurban ratusan kali lipat jumlahnya, mereka juga membaginya lagi dan ikut meluaskan manfaatnya
Diketahui, mata pencaharian warga Desa Banjarsari, Grabag pada umumnya adalah petani kopi dan kayu sengon.
Irfan (27), warga Dusun Kepatran, sebelumnya bekerja sebagai buruh angkut kayu. Namun kini Irfan yang hanya seorang lulusan sekolah dasar, harus melakukan kesehariannya dari atas kursi roda.
“Pernah kerja buruh angkat kayu. Untuk tenaga, saya sering konsumsi minuman stamina dan pengawet. Sejak 10 tahun lalu terkena sakit ginjal,” ucap Irfan.
Saat menyalurkan daging kurban kepada Irfan, Yulfa Adi, Tim THK Dompet Dhuafa Kabupaten Magelang juga menyerahkan bantuan program Layanan Sosial Dompet Dhuafa Jawa Tengah berupa kursi roda kepada Irfan.
Dia (Irfan) sangat membutuhkan bantuan dampingan. Sudah 10 tahun ia rutin menjalankan terapi cuci darah. Ayahnya sudah meninggal dan ibunya bekerja sebagai penempel lapisan kayu triplek. “Semoga kursi roda dan daging kurban yang diberikan bermanfaat bagi Irfan dan ibunya,” kata Yulfa.
Ning S