blank
Jajaran panitia penyelenggara memberikan hadiah Kambing Betina Peranakan Etawa kepada Juara I Kendal Puisi Award 2023,  Wahyu Indah Puji Lestari (Pegiat literasi dan Staf perpustakaan SDN 02 Purwosari, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal). (Foto: Dok KLA)

KENDAL (SUARABARU.ID) – Sejumlah seniman di Kendal menyelenggarakan Kendal Lakon Award (KLA) 2024, yakni sayembara mencipta naskah drama/lakon berhadiah hewan ternak mulai dari kambing, ayam, dan bebek.

Kendal Lakon Award (KLA) 2024 berhadiah hewan ternak itu diadakan sebagai ikhtiar membuka ruang kreativitas, serta menunjang ekosistem berkesenian.

Agenda ini diselenggarakan secara gotong royong oleh Komunitas Sastra Lerengmedini (KLM) Boja, Sangkar Arah Pustaka Kangkung, Pelataran Sastra Kaliwungu (PSK) Kaliwungu, dan Jarak Dekat Art Production Kangkung.

Ketua Panitia KLA 2024, Noey Sindhu Praba, mengatakan, lomba ini terbuka untuk warga atau berdomisili di Kabupaten Kendal. Dibuktikan dengan mengirimkan fotokopi tanda pengenal (KTP) atau surat keterangan domisili. Bagi pelajar dapat dibuktikan dengan Kartu Pelajar.

“Pada sayembara sebelumnya, untuk kepesertaan kami batasi maksimal usia 35 tahun. Untuk tahun ini, lomba tidak dibatasi usia. Artinya, siapapun boleh ikut. Asalkan, warga atau berdomisili di Kabupaten Kendal,” kata Sindhu.

Aturannya, peserta mengirimkan minimal tiga naskah yang belum pernah dipublikasikan dalam bentuk buku cetak, e-book, dan atau platform digital apa pun, serta tidak sedang diikutkan dalam sayembara serupa.

“Tiap peserta minimal mengirimkan 3 naskah ini dengan harapan bisa menjaring naskah lakon sebanyak-banyaknya. Mengingat saat ini masih minim, naskah lakon bertema lokalitas Kendal,” ujar Sindhu yang juga pegiat Teater Atmosfer Kendal.

Pria yang juga memiliki nama panggung Mbah Punk(ring) ini menambahkan, ada ketentuan tema dalam lomba ini.

Tema merujuk/bersumber pada: pertama, lokalitas sosial-budaya di Kabupaten Kendal; kedua,  legenda, sastra lisan, mitos, dan artefak Kendal;  dan ketiga,  peristiwa sejarah, tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di Kendal.  Dalam naskah,  minimal terdapat 3 tokoh dengan panjang 5 s.d 20 halaman atau dengan durasi pementasan sekitar 45 menit.

“Yang patut diperhatikan peserta. Naskah merupakan karya asli, bukan saduran, bukan jiplakan, dan bukan ditulis menggunakan Artificial Intelligence (AI). Naskah ditunggu paling lambat 30 September 2024,” kata Sindhu.

Sebagai motivasi bagi para peserta, Sindhu menyampaikan, panitia menyediakan apresiasi bagi peserta.

Rinciannya, Juara I: seekor kambing betina peranakan etawa, plakat, piagam penghargaan, paket buku, dan paket kain;  Juara II: seekor cempe (anak kambing), plakat, piagam penghargaan, paket buku, dan paket kain; dan Juara III: sepasang ayam, plakat, piagam penghargaan, paket buku, dan paket kain.

Selanjutnya, diberikan apresiasi bagi dua naskah yang mendapat Apresiasi Dewan Juri, yakni: seekor bebek, plakat, piagam penghargaan, paket buku, dan paket kain.

Adapun dewan juri dalam sayembara ini terdiri dari: aktor, sutradara, pegiat, dan pengamat teater.

“Hasil keputusan dewan juri akan diumumkan pada Peringatan Bulan Bahasa dan Anugerah KLA 2024 di halaman Gedung Perpusda Kabupaten Kendal pada Minggu, 27 Oktober 2024,” tuturnya.

Menurut Sindhu, mengenai detail syarat dan ketentuan KLA 2024 dapat diakses pada: diakses di: pelataransastrakaliwungu.com dan sangkararahpustaka.com.

Ikhtiar Meningkatkan Ekosistem Kesenian

Sementara itu, Heri CS, pegiat Komunitas Sastra Lereng Medini  Boja menambahkan, KLA 2024 ini merupakan hajatan gotong royong sastra ketiga yang digelar dengan melibatkan sejumlah komunitas dan individu yang peduli dengan kehidupan seni di Kendal.

Sebelumnya, tahun 2022 sayembara novel, dan tahun 2023, sayembara manuskrip puisi.

Menurut Heri, siapa pun pun boleh terlibat dan ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan KLA 2024.

“Kami terbuka dengan siapa pun dan pihak manapun yang sama-sama ingin meningkatkan iklim berkesenian di Kendal,” ujar Heri yang juga pengelola Pondok Baca Ajar.

Menurut Heri, meminjam istilah dalam sistem ekologis–“ekosistem” berkesenian dan  kepenulisan semakin menggeliat di Kabupaten Kendal. Ia pun berharap, ekosistem tersebut semakin sehat.

Ekosistem yang sehat itu antara lain ditandai dengan: adanya ruang bagi penulis/seniman untuk terus tumbuh berekspresi dan berkarya dengan nyaman; adanya lembaga/ komunitas penerbitan yang memproduksi buku dengan genre dan tema beragam; adanya ruang saling sapa antarpenulis/ komunitas/seniman dengan spirit asah-asih-asuh; adanya masyarakat sebagai penikmat sebagai “pasar”; dan infrastruktur penunjang termasuk pemangku kebijakan dari pemerintah maupun swasta.

Dalam konteks menciptakan iklim bersastra, sastrawan/penggiat seyogianya turut berkontribusi menjaga semangat melahirkan penulis-penulis baru. Ini sebagai bagian dari regenerasi.

Pembaca dan calon pembaca juga perlu dibina lewat gerakan literasi. Karena mereka ibarat “pasar”. Pasar penikmat, pembaca, dan pembeli karya. Selain itu, penerbit buku, media konvensional, maupun media daring juga perlu terus memberi ruang bagi karya sastra untuk terbit dan diapresiasi khalayak/kritikus.

“Aspek lain yang juga tak kalah penting adalah hadirnya sosok-sosok yang peduli akan pentingnya sastra bagi peradaban. Mereka ibarat “maesenas” di tengah belum hadirnya negara secara penuh,” tutur penerima SATU Indonesia Awards 2011 ini.

Menurut Heri, cita-cita ini tentunya bukan sesuatu yang mudah. “Namun saya optimistis, tumbuhnya ekosistem kepenulisan dan berkesenian yang sehat di Kendal, bukan sesuatu yang utopis,” katanya.

Diaz Aza