KLATEN (SUARABARU.ID) – Mas Pur yang akan kita bahas kali ini bukan nama orang. Bukan pula nama tokoh. Namun Mas Pur adalah akronim dari dua kabupaten yaitu Banyumas dan Purworejo. Dua kabupaten ini menjadi peserta pendampingan perdana Membangun Ruang Ketiga di Pendidikan oleh dua orang inspirator Gerakan Sekolah Menyenangkan.
Melalui tautan link pendaftaran dan link virtual yang terdapat dalam flyer, antusiasme peserta untuk ikuti Membangun Ruang Ketiga. Mereka telah mendaftar jauh sebelum acara digelar. Peserta adalah guru dari semua jenjang di dua kabupaten tersebut. Namun ada juga beberapa yang berasal dai luar wilayah ini.
Dimoderatori oleh Dwi Riyani Dharma, M.Pd dari GSM Banyumas sedangkan kedua inspirator yang mendampingi Mas Pur atau Kelas Pendampingan Jateng A ialah Hadi Ismanto dari GSM Tangerang Selatan dan Ariyanto Mohammad Toha dari GSM Klaten.
“Acara sengaja didesain dengan alur mundur yang biasanya perkenalan di awal acara, namun kini memang dikemas dengan obrolan yang mengalir begitu saja,” tutur Toha sapaan akrabnya.
“Prolog yang dibawakan Pak Hadi Ismanto sangat singkat mengenai gambaran Ruang Ketiga mengingat beberapa peserta masih asing dengan istilah itu,” imbuhnya.
Pendampingan perdana virtual di Kelas Jateng A sangat interaktif karena Hadi Ismanto mencoba memberikan pemantik-pemantik berupa video, emoji, animasi, foto yang kemudian peserta lebih aktif menanggapi baik secara lisan ataupun pada kolom chat. Ditambah bahwa setiap memulai, setiap jeda, dan di akhir selalu ada pantun yang dibawakan oleh inspirator sehingga menambah semarak ruang virtualnya.
Hadi Ismanto mengungkapkan jika Ruang pertama adalah keluarga yang setiap hari dan setiap waktu kita selalu berada bersamanya, ruang kedua adalah tempat kerja kita dan Ruang ketiga merupakan sebuah ruang untuk membangun kebersamaan, berinteraksi sosial, dialog, bertukar pengalaman, sehingga kita dapat menemukan kembali kesadaran diri dan tujuan moral hidup kita.
“Ruang ketiga ialah ruang kesetaraan dalam berbagai dimensinya, diantaranya : ruang dialog dan refleksi (ruang untuk proses tanya jawab, berpikir, dan memaknai), Ruang relaksasi/meditasi (ruang untuk letihan memusatkan pikiran dan ketenangan), Ruang imajinasi (ruang untuk daya pikir berangan-angan dan mengekspresikan baik fisik dan non fisik, Ruang solidaritas dan persaudaraan (ruang untuk membangun trust, kasih sayang, dan saling menghargai), dan Ruang berkarya dan kebermaknaan (ruang untuk memberi arti penting dalam kehidupan),” urai Hadi dalam paparannya.
Kesemuanya itu menurut Hadi dapat diwujudkan dalam pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi siswa untuk masa depannya di mana dari kesemuanya itu siswa tidak dipaksa untuk mendapat nilai akan tetapi dari situ siswa akan menjadi manusia bernilai, baik bernilai untuk dirinya, keluarganya, lingkungannya, dan masyarakatnya di masa mendatang.
Ariyanto Mohammad Toha Leader GSM Klaten pada sesi perkenalan di tengah-tengah acara memantik kembali dengan pertanyaan, “Pernahkah ibu dan bapak guru berdialog/ngobrol dengan orang yang baru ketemu kemudian keterusan ngobrolnya sehingga belum sempat memperkenalkan diri ?,” tanyanya kepada peserta.
Jawaban peserta di kolom chat begitu beragam mulai dari pernah, sering, dan tidak pernah karena ngobrolnya hanya dengan yang dikenal saja. Ada yang asyik dari kelas pendampingan Jateng A di virtual ini. Betapa tidak, salah satu peserta bernama Wantoro dari GSM Banyumas selalu menghujani pantun saat diberikan kesempatan untuk sharing, diskusi, atau ngobrol dan menurut pengakuannya, pantun yang dibawakan dirasanya spontan, berikut beberapa pantun milik Wantoro :
Ada daftar pemilih tetap, ada daftar pemilih tambahan, GSM JATENG A memang mantap, makin menambah wawasan. Genteng tempatnya di atap, halaman ada di belakang, GSM JATENG A makin mantap,makin semangat berpiawang.
Semangka separo dimasukkan kulkas, pak Wantoro asal dari Banyumas. Buah nanas di atas periuk, kurang tempat ditambah plastik, walau hati sedang berkecamuk,tatap muka semakin asyik. Jaka sembung main catur, ora nyambung sedulur
Di akhir temu virtual budaya GSM selalu disematkan dengan refleksi yang nantinya dijadikan sebagai kesimpulan juga bisa menjadi tindak lanjut untuk aksi nyata setelah ini karena dalam Membangun Ruang Ketiga tidak bisa hanya dilakukan satu kali pertemuan, akan tetapi rangkaian itu sudah menjadi satu kesatuan roadmap yang tuntas dari awal hingga akhir.
Berikut refleksi dari beberapa peserta : “Saya merasa senang dan bersyukur. Karena dengan adanya tatap maya kita menjadi lebih tahu sosok, bentuk dan ekspresi yang dimunculkan. Walaupun sedang sakit tetapi ekspresi kegembiraan tetap ada ketika kita bisa mencurahkan isi hati dari rasa penasaran yang menyelimuti. So sweet banget.”terang Wantoro.
“Kesan pertama begitu menggoda, semoga kedepan inspirator GSM senantiasa membersamai langkah luar biasa ini”tulis Slebeww dari pesan whaatsapp. “Saya merasa senang karena bisa berjumpa dengan teman-teman dari GSM lain. Menurut saya, yang menarik adalah meskipun ngobrolnya ringan, namun mengena. Saya bisa belajar dari pendamping dan juga teman-teman yang hadir melalui pengalaman yang disampaikan, ”.tutur Dian Fitriana dari GSM Banyumas.
Hadepe – Sindi Novitasari -Arsapa